Demak – Saat ini Pondok Pesantren “Nurul Furqon” desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak merupakan satu-satunya Pondok pesantren di desa pesisir. Jika dihitung usianya sudah ada dua puluh tahunan dalam rangka berkhidmah membumikan ilmu Al-qur’an. Sehingga santrinya sudah ratusan orang dan tersebar kemana-mana.
Pondok pesantren yang didirikan oleh KH.Manshur Al-Hafid ini berawal dari satu bangunan aula depan saja. Namun dalam perkembangannya Pondok pesantren ini terus terus membangun bangunan tambahan diantaranya untuk kamar santri putra-dan santri putri. Selain itu ada tambahan kamar mandi dan juga ruangan lainnya.
Pada awal pendirian pondok ini santri yang mengaji di Pondok pesantren ini tidak ngamar atau tidur di pondok . Namun mereka datang untuk mengaji pada jam yang ditentukan setelah itu pulang ke rumah masing-masing. Tetapi setelah pengelola pondok membuatkan kamar untuk para santri sebagian mereka ada yang tidur di dalam pondok.
“ Saya ingat ketika mendirikan Pondok Pesantren ini hanya punya modal Rp 2,5 juta saja . Selanjutnya dengan mencari donatur akhirnya dapatm membangun aula depan pondok ini nilainya kurang lebih Rp 10 juta itu kalau tidak salah tahun 1995 “, ujar KH. Manshur Ahmad Alhafid di acara halal bihalal pondok pesantren belum lama ini.
Dari awal aula itulah terus berkembang sampai sekarang. Dengan penambahan kamar-kamar untuk para santri baik putra dan putri. Sedangkan pembelajaran awalnya hanya ilmu Al-qur’an bilnadzor dan Bilghoib saja. Tetapi dengan perkembangan waktu ditambah dengan pembelajaran kitab salaf dengan system sorogan yang diajarkan oleh asatidz dari desa Kedungmutih.
“ Saya berharap Pondok pesantren ini terus berkembang dan menjadi lebih besar lagi. Karena Pondok Pesantren merupakan salah satu tempat untuk mendidik para santri mempelajari ilmu alqur’an dan ilmu yang lainnya agar mereka nantinya bisa meneruskan syiar Islam “, tambah KH. Manshur Al Hafid.
Khoirul Hadi salah satu pengurus Pondok pesantren Nurul Furqon , mengatakan pada tahun 2015 ini Pondok akan membuka Madrasah Diniyah Wustho. Ini merupakan perkembangan dari ngaji Sorogan sebelumnya yang telah ada. Dengan di bukanya system klasikal menjadi Madrasah Diniyyah Wustho ini perkembangan para santri bisa dipantau karena ada evaluasi dan juga Rapot seperti sekolah formal.
Rencananya Madrasah Diniyah Wustho ini akan terbagi dua kelas . kelas I untuk siswa setingkat MTs dan Kelas II untuk siswa setingkat MA. Adapun pembelajarannya adalah usai shalat Isya’ , sedangkan bakdal Magrib dikhususkan untuk pembelajar Ilmu Al-Qur’an. Adapun pengajarnya ada pengajar lama ditambahkan lagi sesuai kitab yang diajarkan.
“ Insya Allah Jum’at besok pagi pendaftaran mulai di buka. Maka kami harapkan para wali santri yang hadir disini bisa memberitahukan kepada yang lainnya “, kata Khoirul Hadi.(Muin)