Demak – Di desa Banyumeneng tepatnya Girikusumo ada sebuah pemakaman yang lazim disebut Kasepuhan. Lokasi pemakaman ini telah menyatu dengan pemakaman umum. Letaknya agak tinggi sehingga peziarah yang ingin berkunjng dan berdo’a harusmelewati beberapa anak tangga.

Di area pemakaman ini Mbah Hadi atau Kyai Hasan Muhibat yang merupakan seorang mursyid thoriqoh Naqsabandiyah Khalidiyah dari Demak disemayamkan.Mbah Hadi merupakan putra dari mbah Tohir bin Shodiq bin Ghozali Klaten. Mbah Hadi Girikusumo dipercaya sebagai sesepuh yang menandai awal dakwahnya dengan mendirikan Masjid Baitussalam yang kini berada di lingkup Pondok Pesantren Girikusumo.

Kepala Kepesantrenan Pondok Pesantren Girikusumo, Gus Nabil Munif menceritakan, awal mula Mbah Hadi bertempat tinggal di Desa Girikusumo berawal dari mendapatkan sebuah isyarat untuk membangun Masjid. Beliau berkeliling mencari tempat yang sesuai dengan isyarat yang didapatkan.

“Mbah Hadi mendapatkan petunjuk untuk membangun masjid dengan syarat lokasinya ada pohon jati berbentuk trisula. Saat itu Mbah Hadi sudah membangun masjid di daerah Pringapus Ungaran, namun kemudian ada persyaratan lain yaitu tepatnya harus ditumbuhi pohon glagah wangi. Kemudian didapatlah di desa ini,” ungkapnya.

Mbah Hadi merupakan sosok seorang yang religius. Beliau memiliki peran yang amat besar dalam penyebaran agama Islam di tanah Jawa, terutama di daerah Girikusumo.Jalan pencarian Mbah Hadi untuk membangun masjid sangatlah panjang. Berdasarkan cerita beliau dipercaya sempat bertemu dengan Sunan Kalijaga pada saat itu.

“Mbah Hadi berjalan sampailah di Hutan Mbarang yang berada di utara Hutan Girikusumo atau saat ini menjadi Desa Mbarang. Mbah Hadi melanjutkan perjalanan hingga sampai di Desa Girikusumo dan konon saat beliau wudhu, punggung beliau di sentuh orang yang kemudian memberikan beliau keris kecil dan beliau berkata “iki kanggo wiwitan” atau permulaan.

Sosok itu dipercaya merupakan Sunan Kalijaga, bisa dikatakan mitos atau bagaimana, karena kalau dipikirkan jarak antara Mbah Hadi Girikusumo dengan Sunan Kalijaga jauh masanya. Tapi wallahu’alam,”tambahnya
Mbah Hadi dipercaya memiliki berbagai karomah.

Salah satunya adalah dengan proses pembangunan Masjid Baitussalam yang dipercaya hanya dibangun dalam waktu satu malam saja. Masjid tersebut mulai dibangun sekitar pukul sembilan malam dan selesai pada pukul satu dini hari. Sebuah ukiran pada prasasti masjid menuliskan peristiwa tersebut dalam bentuk tulisan huruf pegon.

“Pada saat pencarian tanah untuk membangun masjid, beliau mendapati ular yang besar, dan menemukan pohon jati yang trisula tadi dan ditanami pohon glagah wangi. Beliau teringat memiliki keris, terjadilah perkelahian antara Mbah Hadi dengan ular tersebut, karena ular yang ukurannya besar akhirnya menghancurkannya pepohonan di hutan tersebut. Karena keadaan tanah pada saat itu miring, untuk meratakan tanah itu dengan kayu-kayu yang patah itu. Dan jadilah Masjid Baitussalam pusat ilmu agama Islam, sampai akhirnya membangun pesantren untuk tempat tinggal santri-santrinya sampai sekarang,” jelasnya.

Sementara itu, nama Girikusumo sendiri dipercaya memiliki makna “Giri” berarti Gunung dan Kusumo berarti “Bunga”. Apabila digabungkan menjadi Girikusumo yang memiliki arti Gunung Bunga atau Gunung Kembang. Perjuangannya berhasil menjadikan daerah Mranggen, Karangawen, dan sekitarnya mayoritas memeluk Islam.

Di sekitar masjid tersebut sekarang telah berkembang menjadi pondok pesantren ternama bernama Pondok Pesantren Girikusumo. Sekarang , pondok pesantren diasuh KH Munif Muhammad Zuhri (Gus Munif) dan setiap Kamis malam Jum’at diselenggarakan pengajian umum yang dihadiri ratusan orang dari berbagai penjuru.
Sebelum menghadiri pengajian yang digelar setekah shalat Isya’ dari pengunjung tersebut banyak yang berziarah ke makam kasepuhan . Makam ini mudah dijangkau tidak jauh dai jalan raya dan ada tempat parkir yang luas. (Pak Muin)