Demak – Salah satu ulama khos di Demak adalah  KH Munif Muhammad Zuhri yang merupakan salah satu ulama pemersatu umat . Salah satu cara dahwahnya adalah terselenggaranya pengajian Jamuna  ( Jamaah Muji Nabi ) yang digelar setiap Kamis malam di area Pondok Girikusumo dan sekitarnya

Kamis malah 22/8/2024 mulai   seperti  malam Jumat yang lain mulain dari Masjid Ageng Baitussalam, , Kompleks Ponpes Girikusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen penuh dengan jamaah. Mereka datang dari  berbagai tempat  mulai dari Demak , Semarang , Kudus bahkan ada yang dari luar Jawa Tengah .

Pengajian yang dimulai usai shalat Isya’ berpusat di Pondok Girikusumo dengan titik pusat di dalem yang sering digunakan untuk menerima tamu dari berbagai kalangan. Diruangan berukuran 5 meter persegi ini telah siap meja dan kursi yang nantinya menjadi tempat Mbah K. Munif menyampaikan da’wahnya.

Sebelum KH. Munif datang digelar acara berupa shalowatan dengan iringan rebana. Jamaahpun mulai mengisi tempat tempat di area pondok pesantren dan sekitarnya hingga ke halaman masjid dan juga gang gang sekitar kampung Girikusumo. Jika malam Kamis biasa jamaah sekitar 5 ribuan dan jika malem Jum’at Kliwon bisa mencapai 10 ribu jamaah.

Jamaah yang datang dari segi usia beragam mulai dari anak anak muda baik laki laki maupun  perempuan . Selanjutnya jamaah dewasa juga cukup banyak yang datang baik laki laki dan perempuan. Yang terbanyak adalah jamaah berusia lanjut yang rata rata merupakan jamaah thoriqot atau santri thoriqoh yang di gurui oleh KH. Munif Zuhri penerus simbah Hadi yang merupakan tokoh pembuka awal thariqoh Naqshabandi kholidiyah di Demak dan sekitarnya.

Dedikasi Kiai Munif Muhammad Zuhri dalam merawat komunitas pengajian Jamuna ini telah berlangsung lama. Sudah menjadi tradisi bertahun-tahun. Berawal dari pengajian santri, kini jamaahnya berkembang pesat datang dari berbagai daerah, termasuk Demak dan sekitarnya.
Tidak hanya para santri saja.

Namun, mereka yang mengikuti pengajian tiap malam Jumat di Pesantren Girikusumo tersebut juga dari beragam elemen masyarakat. Mulai anak-anak, para pemuda, hingga ibu-ibu dan bapak-bapak lanjut usia. Pun, pejabat pemerintahan maupun swasta, TNI/Polri, politisi, dan beragam profesi lain juga turut mengaji yang rangkaian acaranya biasa dimulai sekitar pukul 21.00 hingga berakhir tengah malam tersebut.

Para jamaah dari jauh rela datang ke lokasi pengajian dengan sepenuh hati. Ada yang jalan kaki, naik sepeda ontel, motor hingga mengendarai mobil. Satu hal yang menjadi harapan mereka adalah menanti tausiyah Kiai Munif. Tausiyah kiai kharismatik dikalangan Nahdlatul Ulama (NU) ini biasanya disampaikan usai pembacaan tahlil serta pembacaan kitab al barzanji. Para jamaah setia berlama-lama ikut prosesi pengajian mulai awal hingga akhir. Mereka tampak ta’dzim. Ada yang hadir sendirian. Ada yang bersama keluarga.

Suasana pengajian yang membuka sekat-sekat lapisan atau derajat sosial ini setidaknya mampu membuahkan kegembiraan (motivasi spiritualitas) dan harapan keselamatan yang hakiki. Yaitu, bagaimana cara agar bisa selamat di dunia dan di akherat kelak dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui kecintaan terhadap kekasih-Nya. Yaitu, Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Maka, pembacaan kitab al Barzanji karya Sayyid Ja’far al Barzanji yang didalamnya bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad ini selalu diudar dan disampaikan dihadapan jamaah dalam pengajian tersebut.

Dengan penampilan yang sederhana, para jamaah dengan cepat memadati area pengajian. Rumah-rumah warga, warung-warung makan hingga warung kopi. Hampir semua buka layaknya meramaikan sebuah perayaan. Nadi ekonomi warga sekitar juga tampak berdenyut. Seakan turut merasakan “kemakmuran” dan kedamaian dari gelaran pengajian malam Jumat ini. Beragam makanan dijajakan. Tinggal pilih.

Kala pengajian dimulai, keadaan berangsur hening. Para jamaah bertafakur. Terlihat khusyu’. Meski dengan posisi duduk dengan alas tikar seadanya mereka tampak menikmati. Termasuk yang lesehan di bawah pohon, emperan maupun halaman rumah warga sekitar. Para jamaah berupaya meresapi dan menjiwai tausiyah yang disampaikan Kiai Munif. Isi tausiyah berkisar tentang kehidupan sehari-hari masyarakat secara umum. Baik terkait kondisi sosial ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan hingga masalah politik serta dampaknya bagi masyarakat.

Penyampaian tausiyah atau mauidzah hasanah yang sejuk, dan selalu menyemai pesan perdamaian membuat pengajian penuh hikmah dan berkah. Ini menjadi ciri khas Kiai Munif yang selalu menekankan pentingnya harmoni. Hubungan harmonis di tengah elemen masyarakat dinilai penting agar tidak terjadi keterbelahan atau konflik sosial. Maka, merawat harmoni melalui pengajian tiap malam Jumat ini tetap eksis hingga kini. ( Pak Muin )