Dua orang kuli angkut garam memindah garam dari lahan ke gudang

Jepara – Cuaca yang tidak menentu dan juga air rob tinggi menjadi kendala dalam produksi garam . Akibatnya waktu panen garam mundur dari biasanya karena kendala cuaca yang masih hujan. Namun demikian karena ketekunan dan klatenan dalam mengelola tambak garam akhirnya ada petambak garam yang berhasil memanen garamnya.

Adalah Muchsin Ketua Kelompok Petambak garam “Tirta Mili “ desa Panggung kecamatan Kedung yang rajin menggarap lahannya sehingga hari ini Selasa 11 Juli 2022 ia bisa memanen satu petak lahan garamnya. Dari satu petak meja kristalisasi ia bisa memanen garam sebanyak 12 keranjang. Jika tidak ada hujan tiga hari lagi ia kembali memanen satu petak disebelahnya.

“ Ya kita sudah mulai tiga bulan yang lalu dengan pengolahan lahan membuat petak petak dan juga saluran air. Tenaganya kita tidak kuat sendirian kita kerjakan orang seharinya Rp 125 ribu. Untuk bayar kuli saka kita habuis Rp 3 jutaan. Kalau sudah seperti ini kita bisa kerjakan sendiri “, kata Muchsin yang ditemui kabarseputarmuria di lahan garamnya pinggir jalan raya Kedungmalang – Jepara.

Muchsin mengatakan membuat garam saat ini tidak sulit setelah ditemukannya teknologi geomembran atau geoisolator (plastic hitam) . Dengan geomembran ini bisa memangkas waktu panen garam . Jika panas sudah kuat hanya butuh waktu 1 bulan untuk bisa panen garam. Padahal sebelum ditemukannya teknologi ini petambak butuh watu paling cepat 2 bulan.

“ Memang butuh biaya tambahan untuk membeli geomembran atau geoisolator ini saat ini perrolnya mencapai Rp 3-5 jutaan tergantung kualitas. Untuk lahann yang  saya sewa  ini kurang lebih 2 hektar butuh biaya untuk beli membrane sekitar Rp 50 juta ,sedangkan sewanya Rp 30 juta pertahun “, tambah Muchsin.

Meskipun membutuhkan baiaya yang besar untuk menggarap lahan garam namun dengan harga yang masih bagus ini ia optimis memperoleh untung yang lumayan. Apalagi ia bisa memanen garam lebih awal dari teman-temannya . Panen awal lebih menguntungkan karena harganya masih bagus. Nanti setelah panen raya harga perlahan akan turun sesuai kebutuhan pasar.

“ Kalau harga terus bertahan dan masih diatas Rp 50 ribu perkwintalnya petambak garam dipastikan beroleh keuntungan. Namun jika harga garam di bawah Rp 50 ribu kita masih dapat untuk namun minim. Jika harga garam di bawah Rp 50 ribu petambak penyewa lahan garam akan rugi “, kata Muchsin lagi.

Hal sama dikatakan Sokhib Ketua KSU Mina Barokah desa Surodadi kecamatan Kedung, tahun ini petambak garam akan beroleh untuk besar jika bulan Juli ini mulai panen. Stok garam di gudang petani sudah habis sementara harga garam masih bagus di kisaran diatas Rp 100 ribu perkwintalnya. Dengan harga tersebut petambak garam akan beroleh untung besar jika harga terus bertahan.

“ Ya itulah kenapa saya katakan garam itu komoditas unik .Negara belum bisa mengatur harga serta tataniaga garam seperti halnya gabah. Sehingga dalam siklus 5 tahun dapat dipastikan akan  ada lonjakan harga garam yang luar biasanya. Itu kenapa ayo kita isi GGN dari pemerintah ketika harga garam anjlok “, tambah Sokhib yang mengelola GGN di Jepara.(K-1)