Demak – Tanaman enceng gondok yang tumbuh liar di sungai dan merupakan gulma penganggu aliran sungai. Namun bagi sebagian warga desa WEding merupakan rejeki dan bisa menghidupi keluarga. Dari menjual enceng gondok kering ini puluhan warga desa Weding tercukupi kebutuhan hariannya. Sehingga memburu enceng gondok ini merupakan pekerjaan harian yang ditekuni oleh puluhan warga.
Salah satunya adalah Pak Nasokha warga RT 02 RW 08 desa Weding kecamatan Bonang . Setiap hari pak Nasokha dengan puluhan warga lainnya berburu tanaman enceng gondok dari satu sungai ke sungai lainnya di area kabupataen Demak dan sekitarnya. Mereka memotong tanaman enceng gondok dari sungai lalu di bawa ke darat selanjutnya di jemur hingga kering. Enceng gondok kering inilah penopang kehidupan sehari harinya bisa untuk memenihi kebutuhan makan harian dan kebutuhan lainnya.
“ Dulunya mengambil enceng gondok di sungai sekitar rumah , namun lama kelamaan habis sehingga jaraknya makin jauh dari rumah . Selain itu ada juga informasi dari orang yang menujukkan bahwa ada sungai yang banyak tanaman enceng gondoknya lalu kita datangi “, aku Pak Nasokha pada kabarseputarmuria di sungai Dukuh Ndoropayung desa Kaliombo kecamatan Pecangaan kabupataen Jepara Minggu (29/8).
Pengambilan enceng gondok di sungai lalu dikeringkan biasanya dengan sistem rombongan. Ada 10 -20 orang dalam satu rombongan. Mereka datang pagi pagi lalu mengambil enceng gondok di sungai , sebagian ada yang bertugas menjemur di tanggul tanggul sungai , atau area persawahan kering. Setelah enceng gondok kering terkumpul banyak kemudian mereka mengundang kendaraan angkutan untuk di bawa ke rumah masing-masing.
“ Sebenarnya enceng gondok seperti ini sudah laku di jual kepada pengepul harga perkilonya Rp 4-5 ribu. Namun saya menjuanya dalam bentuk tali yaitu enceng gondok ini disambung sambung atau “dikelabang”. Enceng gondok kering kelabangan ini harganya lebih mahal uaitu Rp 6-8 ribu perkilonya. Ya kalau terkumpul banyak ya bisa jutaan dapatnya “, kata Nasokha.
Menurut Nasokha enceng gondok kering ini disetorkan pengepul ke daerah Yogyakarta. Disana kemudian di olah menjadi aneka kerajinan untuk kebutuhan ekspor misalnya untuk mebel seperti kursi dan meja , tas , sepatu dan barang barang kerajinan lainnya. Ia berburu Enceng gondok kering ini sudah ada 6 tahun lebih. Selain sungai di dekat rumahnya ia juga memburu enceng gondok ke sungai sungai luar desanya yang jaraknya hingga puluhan kilometer. Bahkan sampai Jepara dan Kudus ini semua ia jalani untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya. (Muin)