Demak – Selain minyak goreng saat ini yang cukup ramai dibicarakan orang adalah BBM jenis pertalite . Setelah Pertamax naik harganya kini warga memburu BBM jenis Pertalite. Akhirnya BBM ekonomis ini mulai langka disejumlah SPBU . Akhirnya ada kebijakan pembelian BBM jenis pertalite ini dilarang menggunakan Jrigen untuk menjaga ketersediaan pasokan.
Hal itu dikatakan Ilham operator SPBU Mini di desa Kedungmutih kecamatan Wedung ini. Pembatasan pembelian dengan menggunakan jrigen ini sudah seminggu berjalan . Sehingga stok ketersediaan BBM jenis Pertalite ini lebih panjang. Biasanya 1-2 hari pasokan sudah habis . Namun kini bisa lebih panjang 3-4 hari . Sebelumnya warga bisa bebas membeli dengan jrigen utamanya para pengecer.
“ ya udah seminggu ini manajemen membatasi pembelian dengan jrigen atau disetop dulu. Kami hanya melayani penjualan langsung menuangkan ke kendaraan baik roda dua ,tiga atau empat. Ya dengan kebijakan itu waktu tunggu lebih lama dibandingkan sebelumnya ,”, aku Ilham Senin (11/4)
SPBU di desa Kedungmutih menurut Ilham termasuk kecil kapasitasnya . Awalnya adalah SPDN yang melayani penjualan Solar kemudian di tambah dengan BBM jenis Pertalite. Untuk Solarnya dulu pernah lancar penjualannya ,namun kini ada kendala dan baru diberesin. Sebentar lagi solar akan di jual kembali.
Dengan adanya pembatasan pembelian BBM pertalite dengan jrigen membuat para pengecer kesulitan untuk menjual pertalite ini. Agar supaya tetap bisa melayani pelanggannya banyak pengecer yang membelinya berkali kali atau”ngangsu”. Dengan modal sepeda motor mereka datang ke SPBU dan mengisi penuh . Sampai di rumah dari tanggi BBM dikeluarkan lagi sampai habis setelah itu kembali ke SPBU.
“ Ya gimana lagi kalau tidak dengan cara ini ya kita tidak bisa dapat hasil . Selain itu pelanggan juga kecewa. Dengan cara ini ya harganya lebih sedikit mahal karena ada bensin yang berkurang. Tapi kalau begini terus pengecer seperti saya ini ya kesulitan bagaimana enaknya ya kembali lagi bebas beli pakai jrigen”, kata Nursalim warga desa Kedungmutih yang setiap hari menjual pertalite secara eceran.
Nursalim menambahkan ia setiap harinya bolak balik ke SPBU hingga 10 kali untuk tetap bisa berjualan pertalite. Satu kali isi maksimal 10 liter sehingga sehari ia hanya menjual 100 liter. Ia mengambil perliter seharga Rp 7.650 dan ia menjual secara eceran seharga Rp 10 ribu. Ia menjual BBM secara eceran ini sudah lebih 15 tahun dan baru kali ini kesulitan menjual BBM karena pembatasan pembelian tidak boleh menggunakan jrigen. ( Pak Muin )