Jepara – Angpao , Amplopan, Sabetan atu Uang Hadir di ajng Pilihan Petinggi (Pilpet) sudah ada sejk dulu itu merupakan bagian dari adat dan budaya. Desa itu di bentuk karena adat dan budaya sejak jaman sebelum kemerdekaan. Hal itu dikatakan Khafid Petinggi desa Gerdu kecamatan Pecangaan yang diminta tanggapannya seputar uang yang beredar di ajang pilpet Kamis (17/10).
Khafid yang saat ini masih menjabat Petinggi desa Gerdu menam bahkan , justru pilihan presiden , gubernur , Bupati semua mengacu pada pilihan petinggi.Dulu tidak ada pilihan langsung untuk jabatan kenegaraan hanya Petinggi dan Kepala desa yang sudah dipilih oleh rakyat sejak dulu.
“ Dan Pilihan Petinggi inilah yang benar benar demokratis sejak dulu karena sudah ada sejak jaman colonial dulu. Istilah Petinggi itu juga istilah dulu yang dipakai sampai sekarang. Dan masalah angpao atau amplopan dulu juga ada namun bentuknya bukan uang tetapi barang misalnya beras , sarung , jarik dan lainnya”, kata Khafid yang telah menjabat dua periode dan habis bulan Desember yang akan datang.
Karena adat dan budayalah itu maka hal itu sulit dihilangkan dan perlu waktu yang cukup lama. Warga atau Pemilih menganggap jabatan Petinggi adalah jabatan yang luar biasa di desa karena tertinggi di desa. Sehingga mereka yang ikut bertanding adalah orang orang pilihan baik dari segi materi dan kemampuan memimpin desa.
“ Saya dulu bertarung meraih jabatan Petinggi di desa ini juga mengeluarkan biaya yang cukup banyak salah satunya adalah untuk member uang hadir pada pemilih. Saya berniat bukan membeli suara mereka tapi bentuk simpati saja ‘, tambahanya.
Oleh karena itu ketika ada ramai ramai membicarakan masalah angpao , amplopan dan sebagainya itu hal yang biasa. Sehingga ketika desanya di gelar pilpet iapun tk ambil pusing hal tersebut. Ia membiarkan bagi bagi uang untuk pemilih karena itu memang sudah adat dan budaya sejak dulu.
Memang ia berharap ke depan budaya amplopan dalam pilihan petinggi ini berkurang dan lambat laun akan hilang. Kapan budaya itu kan hilang ia tidak bisa memprediksi berapa tahun lagi , karena ini juga menyangkut kesadaran warga itu sendiri. Memang dengan tidak adanya budaya amplopan ini kita bisa memilih pemimpin yang tidak dilihat dari sekedar materi saja. (Muin)