Jepara – Saat ini area persawahan kecamatan Pecangaan mulai panen padi . Desa Gerdu ,Kaliombo , Karangrandu . Persawahan yang biasanya sepi kini hingar bingar dengan datangnya para pemanen padi. Mereka pemilik lahan dan juga para penebas berbaur jadi satu. Di jalan raya tepi sawah nampak puluhan mobil pengangkut berjajar rapi. Di sawah tampak mesin memotong padi. Di area persawahan juga tampak puluhan pekerja angkut gabah.
Puluhan orang terlibat dalam pekerjaan pemanenan padi di area persawahan. Salah satunya adalah tenaga khusus pengangkut padi dari tengah sawah menuju ke tepi jalan raya. Jika tenaga pemanenan padi biasanya datang dari berbagai tempat tergantung bos atau juragan penebas yang membawa. Namun untuk tenaga kuli angkut ini biasanya diambilkan tenaga dari desa setempat.
Seperti halnya persawahan desa Gerdu maka tenaga angkut gabah juga diambilkan dari desa Gerdu , begitu juga desa lainnya. Meskipun tidak ada kesepakatan yang tertulis namun hal itu sudah menjadi peraturan yang harus dijalankan oleh masing-masing kelompok pengangkut padi.
“ Ya itu sudah ada aturannya kita tinggal menganut saja . Jika kita panen di sini tenaga angkut padi dari sawah ya kelompok dari desa ini. Begitu juga untuk menaikkan ke truk ada juga kelompok sendiri. Intinya Rejeki di bagi bagi . “, kata pak Nur penebas padi dari Wonosalam Demak
Sementara itu Nur Kamad salah satu tenaga angkut gabah mengatakan , pekerja angkut padi di desa Gerdu ada beberapa kelompok satu kelompok biasanya 6-10 orang. Mereka adalah pekerja serabutan di desa , jika tak ada order di sawah mereka ada yang ke Jakarta dan juga kerja didaerah lain .
Namun jika musim panen tiba merekapun kembali ke desa untuk bekerja di sawah. Mereka mengangkut gabah dari area persawahan dengan menggunakan sepeda motor. Jarak angkut tergantung lokasi persawahan , ada yang dekat ada juga yang jauh. Semua pekerjaan dikerjakan secara borongan.
“ Ya karena area persawahan disini cukup luas dan jauh dari jalan raya jadinya tenaga angkut sangat dibutuhkan , paling jauh bisa sampai setengah kilometer harus melewati jembatan yang rusak seperti ini “,kata Nur Ahmad
Dikatakan , profesi tenaga angkut gabah ini ia jalani sudah ada tiga tahunan. Setiap hari ia merupakan pekerja serabutan , kadang kuli bangunan kadang juga pekerja menggarap sawah. Bekerja sebagai tenaga angkut gabah ini cukup lumayan hasilnya. Setiap harinya upahnya tidak lepas dari Rp 150 ribu – Rp 200 ribu ,jika borongan banyak kadang bisa lebih.
Pemberi pekerjaan angkut gabah ini adalah petani local yang memanen padinya sendiri , selain itu kadang juga para penebas yang datang dari luar desa. Mereka membawa rombongan tenaga pemotong padi sendiri untuk tenaga angkut padi biasanya di serahkan kepada kelompoknya . Adapun tarif angkut tergantung jarak dan kesulitan medan. (Muin)