Jepara –   Guru negeri atau PNS saat ini menjadi dambaan setiap mahasiswa yang lulus sekolah guru. Namun saat ini menjadi Guru PNS sangat sulit karena lowongan yang minim dan masih banyaknya tenaga guru wiyata bhakti yang menunggu diangkat. Oleh karena itu di sekolah-sekolah saat ini masih banyak guru WB yang menunggu diangkat.

Jika gaji yang mereka terima sepadan dengan tenaga yang dikeluarkan hal itu bukan menjadi masalah. Namun saat ini masih banyak guru WB yang dibayar jauh dari UMK . Sehingga mereka harus mencari tambahan untuk bisa menghidupi keluarganya agar bisa bertahan. Sehingga berbagai ragam pekerjaan dijalani oleh guru WB.

Seperti halnya mas Thoifin guru WB di SD Guwosobokerto 1 kecamatan Welahan ini . Setiap harinya ia membuka usaha jualan Es tebu di pertigaan depan Puskesmas Welahan II. Ia bergantian dengan istrinya demi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Berharap dari gaji WB yang ia terima kelas tidak mencukupi kebutuhan dengan satu istri dan dua anak meski hidup sederhana.

“ Awalnya saya bingung usai nikah gaji jelas tidak cukup , padahal hutang juga sduah banyak. Namun saudara ada yang ngasih solusi untuk berjualan es tebu . Alhamdulillah dengan pinjaman modal sebesar Rp 5 juta rupiah saya buka usaha jual es tebu ini “, papar Mas Thoifik pada kabaredemak.com Minggu (27/11)

Dari modal pinjaman itu usaha yang dijalani cukup lancar , sehari bisa menghabiskan tebu rata-rata 80 Kg. Sehingga keuntungan berjualan es tebu ini bisa untuk mengembalikan modal pinjaman jualan es tebu. Bahkan hari-hari berikutnya ia juga bisa mengembalikan hutang-hutang terdahulu. Sehingga mengajar teatap jalan dan jualan tebu juga tetap jalan.

“ Jika hari mengajar , pagi hari sebelum berangkat gerobag dan semua peralatan jualan sudah saya siapkan di pertigaan ini. Setelah itu istri saya dating untuk menunggui dagangan sampai saya habis mengajar. Saja mengajar kelas kecil ya sekitar pukul 11 sudah pulang dan langsung ke sini “, aku mas Thoifin yang lulusan PGSD Unnes.

Meski profesinya sebagai seorang pengajar , namun mas Thoifin tak malu jualan es tebu. Hari-harinya diisi dengan kesibukan mengajar dan berjualan es tebu gentian dengan istrinya. Jika hari Minggu atau libur tidak mengajar ia full berjualan es tebu. Kadang kala ia juga ikut mremo bersama pedagang lain jika ada event even keramain. Gerobag es tebunya ia tarik dengan sepeda motor.

“ Saya sering ketemu teman-teman sesama guru , tetapi saya tidak malu karena pekerjaan yang saya jalnkan halal dan bisa menghidupi keluarga. Sedangkan saya setiap hari masih mengajar memberikan ilmu saya kepada anak-anak “, tambahnya.

Bahkan dari pengalaman berjualan es tebu ini ia tularkan kepada rekan sesama guru WB yang juga bingung cari tambahan penghasilan. Awalnya memang ditentang oleh keluarganya . Namun karena kebutuhan yang mendesak akhirnya keluarga mengijinkan untuk berjualan es tebu.

Mas Thoifin mengatakan es tebu ia jual Rp 2 ribu setiap gelas atau bungkusnya. Ia tidak menyebutkan berapa penghasilan bersih setiap harinya . Namun ia mengaku penghasilan dari berjualan es tebu ini bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya . Sehingga ia merekomendasikan temannya untuk berjualan es tebu ini.

“ Ya saya ajari mulai dari nol , tebu juga ia mengambil dari saya dan saya tidak mengambil keuntungan sepeserpun. Saya ingin ia tetap mengajar bersama saya eman-eman kemampuan mengajar tidak ditularkan anak-anak . Gaji kecil bukan halangan kami untuk tetap mengajar kecil asal berkah “, kata mas Thoifin menutup sua. (Muin)