Demak – Tradisi jika sudah mengakar kuat memang sulit dihilangkan , semakin lama semakin justru semakin berkembang. Seperti halnya tradisi Selamatan atau Haul di makam Burwatu dukuh Kemantren desa Mutih Kulon kecamatan Wedung. Yaitu tradisi masal berdo’a di makan syeh Maulana Maghribi.

Hari Jum’at kemarin persawahan yang biasanya sepi . Dua hari ramai dengan hingar bingarnya warga yang datang ke areal persawahan. Mereka datang untuk berziarah ke makam tua ini. Selain datang dari desa Mutih Kulon peziarah juga datang dari desa Tedunan, Kendalasem,Serangan dan Betahwalang.

Bahkan warga desa diatas jika merantau ke luar kota banyak yang pulang kampung untuk datang ke tempat ini untuk berdo’a bersama-sama. Seluruh anggota keluarga diajak untuk ke makam ini dengan membawa perbekalan berupa nasi lengkap dengan lauk pauknya. Selain nasi biasanya mereka sertakan ingkung ayam,sayuran , ketan dan juga pisang.

Selain membawa nasi untuk selamatan di makam. Di rumah mereka juga membuat berkatan yang cukup banyak untuk dibagikan ke tetangga dan kerabat yang tinggal di luar desa . Meskipun cukup jauh merekapun mengantarkan  nasi berkatan karena memang sudah tradisi sejak dahulu.

mt7

 

mt9

Musa Abdillah meski tinggal di desa Kedungmutih yang jaraknya lebih lima kilometer mengaku mendapatkan kiriman dari adiknya. Adik perempuannya mendapatkan suami warga dukuh kemantren dan saat ini bekerja di Jakarta. Namun ketika acara Haul merekapun pulang kampung.

“ Ya kemarin saya mendapatkan nasi berkat lima dos dari adik saya yang suaminya orang Mantren , dan ia pulang kampung untuk nyadran atau Haul di makam Syeh Maulana Maghribi “, kata Musa pada kabarseputarmuria.

Hal sama juga dikatakan Muhammad Sholeh warga desa Menco ia hadir di makam Burwatu ini karena istrinya asli warga desa Mutih Kulon. Meski saat ini berumah tangga di dukuh Menco namun jika ada Haul ia pasti datang menemani istrinya untuk berziarah dan selamatan di Makam Burwatu ini.

Sore harinya sebelum acara digelar ia mengantarkan istrinya ke desa Mutih Kulon untuk menginap di rumah saudara. Sedangkan  ia pulang kembali ke Menco untuk menjaga tambak. Habis subuh setelah mengambil “posongan” dari tambak iapun  menyusul istrinya ke Mutih kulon.

“ Yang jauh seperti dari desa Betahwalang dan Serangan bisa hadir ke tempat ini , Apalagi saya yang tidak jauh dari tempat ini . Ini semua untuk kebersamaan dan kerukunan semua warga desa “, tambah Moh Soleh yang pernah mondok di Sarang. (Muin)