Jepara – Di penghujung bulan Syawal, masyarakat Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara memperingati Bodo Apem. Agenda tahunan ini, telah menjadi tradisi masyarakat setempat sebagai momen saling memaafkan.

Tradisi Bodo Apem ini dilangsungkan tiap Jumat Pon di bulan Syawal. Tepatnya, usai salat Subuh sejumlah masyarakat akan memenuhi balai desa, beserta kue apem yang mereka bawa.

Kue apem yang ditata berjajar nan rapi, kemudian didoakan dan dislameti oleh seorang tokoh agama. Setelah dirapalkan doa, masyarakatpun mendekati kue apem dan menyantapnya secara berjamaah.

Saking banyaknya apem di balai desa, sisanya dibawa pulang ke rumah untuk dibagikan kepada tetangga sekitar. Masyarakat Sukodono mengimani bahwa apem yang dirapalkan doa, membawa keberkahan.

Parman warga desa Sukodono mengatakan, tradisi Bodo Apem telah berlangsung puluhan tahun. Menurutnya, penggunaan apem merupakan wujud permohonan maaf kepada yang diberi.

“ Untuk tahun 2025 ini hanya slametan Apem di balai desa . Sedangkan untuk tahun yang akan datang mungkin ada acara suguh apem di lapangan desa seperti tahun yang lalu. Kelihatannya ada kesepakatan acara itu digelar 2-3 tahun sekali karena menyangkut anggaran “, kata Parman pada kabarseputarmuria 11/04/2025

Dalam  melaksanakan prosesi Bodo Apem, terdapat beberapa tahapan persyaratan. Pertama, Kembang Mboreh, barang itu dikumpulkan oleh warga, lalu disusun di atas ancak sebanyak empat buah.

Persyaratan yang kedua, dilanjutkan dengan Ngambeng, yaitu peserta selametan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang (5 sampai 10 orang) kemudian apem dikumpulkan jadi satu dalam kelompok ambengan.

Diakhiri kemudian dengan Kenduren; peserta selametan terlebih dahulu mengambil mboreh yang diedarkan secara bergantian yang sudah ditata di atas ancak. Setelahnya, sesepuh desa (tukang ujub) akan menyampaikan tujuan Barikan Apem atau Bodo Apem (Ngujupake).

Selesai didoakan, apem dibawa kembali pulang oleh warga masing-masing, dan sebagai bukti warga telah mengikuti barikan apem adalah dengan mengoles ‘mboreh’ di bagian leher.

Bodo Apem  di desa Sukodono kecamatan Tahunan ini salah satu tradisi yang masih dilestarikan warga. Salah satu potensi wisata di Jepara yang bisa dikembangkan sebagai tradisi Budaya yang bisa mendatangkan wisatawan dari luar desa.

Dengan pengembangan wisata tradisi ini tentunya akan mendatangkan pemasyukan bagi warga desa Sikodono utamanya sektor UMKM. Dengan gelaran bodo Apem ini dipadukan dengan seni tari atau seni lainnya dengan tujuan mendatangkan pengunjung dari luar desa. (Pak Muin)