Desa Merdeka – Medan : Gunung Sinabung yang sempat dikategorikan sebagai kategori B sebelum meletus Agustus 2010, ternyata menyimpan catatan sejarah erupsi dahsyat sebelumnya.

Bahkan erupsi yang terjadi 15 September 2013 hingga saat ini, belum apa-apa dibanding letusan tahun 800. Padahal erupsi yang terjadi belakang ini saja sudah cukup membuat ”lelah” semua stakeholder.

Tiga tiga desa di radius 3 kilometer yakni Simacem, Bekerah, dan Sukameriah harus dihapus dari peta Pemkab Karo. Sebanyak 1.212 jiwa (370 KK) warga dari tiga desa ini harus direlokasi ke Sosar, Merek. Namun relokasi juga masih terkendala berbagai masalah.

Pemulangan pengungsi dari 7 desa ditambah 1 dusun yakni (Sigarang-garang, Kutarayat, Kutagugung, Sukanalu, Kuta Tengah, Kebayaken, Selandi Baru, dan Dusun Lau Kawar) yang berjumlah 7.572 jiwa (2.210 KK) juga belum berjalan, akibat seng bantuan belum disalurkan.

Kepala Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Armen Putra menjelaskan letusan Sinabung sekitar tahun 800-an mengalahkan dahsyatnya letusan 2013-2014.

“Kalau kekuatannya kami perkirakan lebih dahsyat dahulu. Karena lontaran materialnya sampai radius 7 KM. Kalau yang terjadi setahun lalu lontarannya sekitar radius 4,5 KM. Kalau waktu pastinya kejadian itu memang kita nggak bisa dapat, tapi berdasarkan tes sampel, seperti batuan dan arang-arang yang ditemukan, umur karbonnya kita ukur sekitar tahun 800 dahulu,” ujarnya, Rabu (17/9/2014).

Ia mengakui temuan ini sekaligus meluruskan sejarah Sinabung yang sebelumnya dikategorikan B, yang tidak perlu diawasi.

”Tadinya kan dari tahun 1600 sampai sekarang tidak ada tanda-tanda Sinabung ini aktif. Makanya orang-orang sekitar tidak tahu cerita gunung Sinabung ini. Bahkan saat zaman Belanda tidak ada catatan tentang letusan Sinabung.

Dari tahun 1600 sampai sekarang tidak ada catatan sejarah tentang letusan Gunung Sinabung. Sehingga masyarakat dahulu berani bermukim di sekitar Sinabung,” ujar Ketua Tim Penanggulangan Erupsi Sinabung dari PVMBG pusat, Iing Kusnadi di Kantor PPGA Sinabung, Jl Ndokum Seroga, Kecamatan Simpangempat, 11 September.

Kusnadi menyebut, PVMBG baru mulai memantau aktivitas Gunung Sinabung sejak Agustus 2010. “Waktu itu letusannya bersifat freatic, letusannya bercampur air, gas dan batuan. Nah, dari kejadian itu mulai kita pantau secara kontiniu sampai sekarang dan bahkan hingga ke depan.”

Ia mengatakan aktivitas Sinabung bekerja sangat aktif terjadi pada periode Januari sampai Maret 2014. “Pergerakan magma dari dalam sangat aktif.

Kusnadi mengaku memahami pikiran masyarakat yang menganggap status gunung saat ini sudah normal. “Nah disitu masyarakat tidak tahu bahaya gunung api. Orang berpikiran sudah tidak ada (letusan). Padahal kalau kita lihat dari pos pengamatan aktivitas masih ada. Jadi itulah gunanya pos pengamatan gunung api, untuk melindungi dan mengurangi korban jiwa serta harta benda masyarakat.”

Armen mengakui, pihaknya tidak bisa seperti yang selalu diinginkan masyarakat sekitar Sinabung. Disebutnya, keinginan warga jika bisa satu atau dua jam sebelum meletus langsung diinformasikan.

“Maunya masyarakat kan satu jam sebelum meletus kita informasikan ke mereka. Jangankan mereka, saya saja nggak tahu. Siapapun orangnya nggak tahu kalau gunung mau meletus sejam lagi.”

Armen menegaskan, potensi muncul letusan besar sangat dimungkinkan terjadi. “Ya, kalau potensi letusan masih ada. Cuma seberapa besarnya kita belum bisa prediksi. Kalau untuk potensinya bisa. Itupun kita belum tahu kapan. Jadi ini bukan hal yang kita buat-buat, tapi sesuai pengamatan langsung terhadap aktivitas Sinabung.”

Ia menyampaikan warga di tiga desa (Sukamariah, Bekerah dan Simacem) yang masuk dalam radius 3 KM dianjurkan untuk direlokasi. Bahkan anjuran itu sudah disampaikan mereka sejak letusan pertama Agustus 2010.

“Kalau yang tiga desa kami anjurkan jangan kembali. Mereka harus di relokasi, bahkan anjuran relokasi tiga desa ini sudah kita sampaikan awal letusan tahun 2010. Kalau yang selebihnya sudah bisa pulang sejak 8 April 2014, kecuali empat desa di dalam radius 5 KM yang masuk radius berbahaya karena bukaan gunung apinya (potensi awan panas) mengarah ke situ.”

“Potensi bahaya masih tinggi di Desa Guru Kinayan, Gamber, Berastepu dan Kuta Tonggal). Jadi lebih baik mereka mengungsi saja.”

Armen menyebut dalam status siaga pihaknya tetap melaporkan perkembangan aktivitas gunung satu hari sekali ke pemda dan institusi terkait. “Kita mengeluarkan rekomendasi, sedangkan pelaksananya pemda dan institusi lain.”

Ia menyadari dampak sosial akibat erupsi Gunung Sinabung sangat kompleks dibanding dengan gunung-gunung lain di Indonesia yang pernah meletus.

“Apalagi di sini mata pencarian masyarakatnya bertani. Kalau warga di sekitar Gunung Karangetan dan Loka Tenda mata pencarian masyarakatnya nelayan. Jadi meski gunung meletus, orang tidak terganggu mencari makan.”

“Kalau letusan 2010, kan sekitar dua minggu warga bisa kembali lagi. Ini kan sudah setahun. Maka bisa saja yang kaya kalau mengungsi jadi miskin. Apalagi yang miskin!. Memang kita rasakan juga keluhan masyarakat, tapi kita kan nggak bisa membantu, karena ini kemauan alam.”

Kusnadi mengatakan erupsi Sinabung bersifat eksplosif masih berpotensi terjadi. Namun, ancamannya terbatas pada radius kurang dari 3 km.

Ia mengatakan pertumbuhan kubah lava berpotensi menimbulkan aliran lava, guguran lava pijar, dan awan panas. Kejadian guguran lava pijar dari kubah lava, aliran lava, dan awan panas masih mengancam ke arah selatan dan tenggara sejauh 5 km

“Dengan pemantauan tiga metode, terpantau aktivitas magma gunung Sinabung masih aktif. Setiap hari masih selalu terjadi erupsi (letusan) mengeluarkan guguran lava pijar meskipun jarak luncurannya tidak jauh.”

Kusnadi mengakui pihaknya tidak bisa memastikan kapan letusan besar bisa terjadi dan kapan pula status Sinabung kembali normal.

“Saya kira untuk kemungkinan itu masih ada. Karena masih ada suplay magma dari bawah ke atas. Tapi jika, letusan tidak ada, guguran lava pijar tidak ada dan aktivitas vulkaniknya menurun serta tremornya tak ada lagi, maka kita bisa turunkan status ke normal,” ujarnya.

Kusnadi pun menyebut, potensi luncuran awan panas masih bisa terjadi. “Awan panas juga masih bisa. Apalagi kan masih ada kubah lavanya. Kalau sewaktu-waktu ada tekanan kuat dari bawah maka kubah lava bisa amrul (roboh) jadi awan panas bercampur material, yang panasnya bisa sampai 400 derajat Celsius.”

Meski erupsi 2013-2014 kalah dahsyat dibanding letusan tahun 800, Armen menyebut erupsi Sinabung masuk deretan terlama ketiga dibanding gunung-gunung lain yang dihitung dari status Siaga (Level III).

“Kalau yang paling lama status Siaga Gunung Karang Etan di Ternate, sudah lima tahun Siaga sampai sekarang. Kedua, Gunung Lokon siaga tiga tahun, juga sampai sekarang. Sinabung bisa disebut urutan ketiga termasuk yang terlama aktivitas erupsinya.”

Gunung Sinabung sejak meletus tahun 2010 belum turun status hingga normal, hanya sampai level waspada, kemudian meletus lagi September 2013.

Armen menyebut perbedaan “wajah” Sinabung dulu dan kini, pada posturnya. Sebelum letusan tahun 2014, tidak terdapat lidah lava.

“Kalau dulu lidah lava nya itu tidak ada. Jadi perubahannya sekarang Sinabung sudah ada lidah lava yang baru terbentuk 2014. Lidah lava panjangnya saat ini sudah mencapai 2,9 km dari puncak dengan lebar sekitar 1,5 km. Lidah lava ini bukaannya mengarah ke empat desa yang berada di luar radius 3 km. Makanya tetap dianjurkan tidak dikembalikan sampai status gunung normal.”

Dijelaskannya, lidah lava terbentuk karena keluarnya magma dari dalam perut gunung, mengalir terus ke bawah disertai material sehingga membentuk gundukan.

“Lidah lava tidak berpotensi menjadi gunung baru, tapi kalau terus terjadi guguran maka akan berpotensi lahar.”

Armen juga memperkirakan puncak Sinabung juga terjadi perubahan.

“Kalau dulu di puncak ada seperti kawah, kemungkinan besar sekarang kawah itu sudah diisi lava. Dan, kawahnya kalau dulu satu, sekarang mungkin sudah ada tiga sampai empat. Kawah-kawah baru ini panjangnya sekitar 500 meter, posisinya ada yang di bagian leher gunung, tapi tidak jahu dari puncak,” ujarnya. (tim)

Sumber : tribunnews.com