Demak – Pada hari Rabu 20/2/2024 diatas tanggul dukuh Norowito tempat tanggul jebol yang menyebabkan banjir digelar ritual selametan menyembelih Wedus kendit . Selametan ini dilakukan dengan memanjatkan do’a kepada Allah SWT agar pengerjaan penambalan tanggul diberikan keselamatan semua . Selain itu tanggul kuat dan tiodak jebol untuk ketiga kalinyan.

Dibalik selametan itu ada pro dan kontra karena pelaksanaan kearifan local itu didahului dengan hal hal yang berbau mistis. Ada yang mengatakan pelaksanaan itu sirik , haram dan yang lainnya. Namu nada pula yang menatakan itu hal yang wajar karena memulai sesuatu yang baik harus memohon do’a kepada Allah SWT.

Tapi intinya pelaksanaan slametan wedus kendil itu adalah sebuah keraifan local dan budaya jawa  yang telah dilaksanakan sejak dahulu kala. Ada berbagai serangkaian kegiatan yang bertema menyatu dengan alam, mulai dari kirab hasil Bumi, pelepasan burung, penanaman pohon, penyebaran benih ikan, ider-ider desa, potong kambing kendit, selamatan, pentas tari ronggeng, serta pementasan wayang kulit.

Dari semua ritual budaya yang berlangsung, ada hal yang selalu dinantikan warga maupun pengunjung yang datang yaitu selametan atau selamatan, yakni menyantap nasi berkat yang telah dibungkus dengan daun pisang dengan lauk pauknya salah satunya adalah kambing atau wedus kendit.

Sajian olahan masakan kambing kendit yang telah dipotong saat selametan dimanapun tempatnya  sebagai ritual bentuk syukur kepada Tuhan dan alam semesta.Sebelum disantap bersama, nasi berkat dan olahan masakan kambing kendit, terlebih dulu sesepuh desa akan membacakan doa-doa agar ritual ini bisa membawa keberkahan warga dan menyelamatkan kehidupan manusia dari bala (musibah) .

Dengan menyantap nasi berkat itu, masyarakat sekitar percaya bahwa mereka akan mendapatkan berkah dari Tuhan.

Dengan khidmat dan nikmat, masyarakat atau pengunjung yang datang ikut bersama-sama makan nasi berkat yang diiringi dengan pentas tari ronggeng.

Hal yang sama seperti dalam rebutan gunungan hasil Bumi. Warga menyantap nasi berkat yang telah didoakan dan mereka percaya akan mendapatkan berkah. Ini bagian tradisi dan uri-uri (merawat) budaya masyarakat Desa Silurah, yang diselenggarakan setiap tahunnya.

Tradisi nguri–uri budaya ini memilik makna penting bagi masyarakat  Tradisi nguri–uri budaya ini memilik makna penting bagi masyarakat setempat karena di dalamnya tersuguh doa-doa, agar warga desa dijauhkan dari bala dan marabahaya, baik dari alam semesta hingga wabah penyakit, serta ketenteraman dan diberikan keberkahan dalam hidup.

( Dari beragai Sumber )

Fatkul Muin

Jurnalis Warga Kabarseputarmuria