Jepara – Tukang kayu atau pekerja di sektor industry meubel di Jepara saat ini masih ada . Meski jumlahnya cenderung menurun namun pekerjaan yang dulu pernah jaya saat ini masih ada yang menekuninya. Bahkan ada yang menjadi pekerjaan pokok dan menjadi mata pencaharian sehari hari.
Seperti halnya di dukuh Wonorejo desa Surodadi kecamatan Kedung ini ada warga yang membuka usaha pembuatan meubel dari kayu. Di gudang tempat kerja ada 6 orang tukang kayu yang membuat perabot dari kayu. Mereka bekerja mulai pukul 8 pagi hingga jam 4 sore.
Soleh salah satu tukang kayu pembuat mebel warga dukuh Wonorejo pada kabarseputarmuria mengatakan, pekerjaan pokoknya sejak dulu hingga sekarang memang tukang kayu. Sehingga sebelum kerja di kamapung sendiri ia harus nglajo sampai ke desa Bugel dan Bulak Baru.
Ia pindah kerja di kampungnya sekitar 5 tahunan. Sehingga tempat kerjannya kini tidak jauh dari rumah. Ketika istirahat siang ia bisa pulang untuk solat dan makan. Kalau dulu ia berangkat pagi sampai sore harus di gudang baik untuk makan istirahat dan sholat.
“ Ya sekarang tempat kerja lebih dekat karena ada tetangga yang buka usaha disini . Untuk upahnya sistem borongan perbarang . Untuk buffet ,minimalis seperti ini upahnya Rp 150 ribu . Kalau dikerjakan full satu hari ya bisa selesai kalau santai santai ya dua hari kelar “, kata Soleh
Soleh menambahkan , ia bekerja sebagai tukang kayu membuat meubel sudah dua puluh tahun lebih. Ia menghidupi keluarganya dari usaha bekerja sebagai tukang kayu. Upah yang ia terima tergantung dari orderan dari pemilik usaha meubel. Jika ramai sehari bisa dapat Rp 3 jutaan namun jika sepi ya Rp 2,5 jutaan.
Hal sama juga dikatakan Faiz teman Soleh yang juga berprofesi sebagai tukang kayu. Namun jika musim kemarau Faiz tidak full sebagai tkang kayu namun nyambi sebagai pekerja di sektor garam. Disela sela membuat garam ia bekerja sebagai tukang kayu. Alasannya membuat garam lebih menguntungkan.
“ Kalau saya kerja di sini kalau musim hujan saja . Untuk musim kemarau saya kerja membuat garam. Kerja membuat garam kalau harga garam bagus lebih menguntungkan. Nah kalau musim kemarau saya banyak di garamnya. Ini kan udah selesai buat garam saya kembali ke sini “, kata Faiz warga RT 20 RW 06 desa Surodadi.
Terpisah Ahmad Falaq pemilik usaha meubel di desa Surodadi membenarkan , jika musim kemarau tiba ia kesulitan mencari tukang kayu utamanya di desa pesisir. Para tukang kayu lebih senang kerja di tambak membuat garam. Selain itu anak muda jarang yang tertarik kerja di sekor meubel
Kerja membuat garam lebih banyak hasilnya jika dibandingkan dengan bekerja sebagai tukang kayu . Oleh karena itu ketika musim kemarau tiba ia mencari pekerja tukang kayu di luar desa pesisir. Jika tidak mendapatkan tukang terpaksa mengurangi produk meubel atau beli dalam bentuk jadi.
“ Kalau upah tukang sih masih layak menurut saya , jika mau bekerja keras sehari bisa dapat Rp 150ribu kalau santai ya Rpn 100 ribu dapat . Namun kemdalanya yaitu orderan meubel tidak stabil atau naik turun. Kalau jelang lebaran biasanya ada kenaikan permintaan . Kalau hari hari ini justru malah sepi “, kata Ahmad Falaq. (Pak Muin)