Petambak garam Jepara memanen garam susa susa usai hujan lebat mengguyur seminggu ini
Jepara – Teknologi geomembrane memang mempercepat masa panen garam . Hal ini dirasakan mastukin petambak garam asal desa Kedungmalang kecamatan Kedung yang menggarap lahan garam di desa Kalianyar. Meski musim garam di Jepara usai namun ia masih bisa memanen garam dilahan hari Minggu 17/12/2023
Sekitar seminggu yang lalu kawasan tambak garam di area Jepara hujan deras sehingga membuat semua area tambak garam tergenang air. Hampir semua petambak garam mengambil geomembrane dilahan untuk disimpan dan dipergunakan musim garam tahun depan. Beberapa petambak ada yang menebar bibit udang.
Namun Mastukin karena tidak ada waktu untuk mengambil geomembrane. Untuk sementara waktu geomembrane itu dibiarkan begitu saja . begitu juga air ditambak juga dibiarkan menguap terkenan sinar matahari.
Namun ketika air mulai mengering terlihat butir butir garam semakin lama semakin tebal. Semakin lama semakin kelihatan garamnya . Iseng iseng ia mencoba mengambil alat penggaruk dan mencoba memanennya . Akhirnya pada satu petak ia berhasil memanen garam 10 keranjang.
“ Kalau ini totalnya ada tiga petak yang sudah saya panen 1 petak dan dapat 10 keranjang. Kalau tiga petak ini ya minimal 30 keranjang dapat. Yang dua ini besok pagi kita panen takut keburu hujan”, kata Mastukin .
Mastukin tidak menyangka jika lahan garamnya bisa panen kembali usai hujan deras. Semua teman temannya sudah menyelesaikan masa produksi garam dengan mencopot plastic hitam di lahan garam. Ia karena tak punya waktu membiarkan begitu saja nyatanya air kering dan bisa panen garam lagi.
“ Ini semua katrena adanya plastic hitam ini . Dulu kaetika belum ada plastic hitam kalau hujan sudah turun ya usai sudah membuat garam. Tetapi kini kalau hujannya tidak begitu deras dan ada panas kembali lahan garam masih bisa panen lagi “, tambah Mastukin.
Tahun 2023 ini Mastukin merasakan membuat garam banyak suka daripada dukanya . Selain hasil yang banyak harganya juga bagus hingga akhir panen. Terakhir setiap keranjang dengan berat 75 Kg harga masih Rp 70 ribu di lahan. Sehingga kalau dihitung perkwintalnya masih laku Rp 100 ribu.
“ Kalau yang dulu dulu bisanya kalau panen raya harga garam pasti anjlog di titik terendah . Namun tahun ini masih bagus sehingga petambak garam tahun ini lumayan banyak hasilnya “, kata Mastukin yang menggarap lahan garam dengan system paroan. (Pak Muin)