Demak – Desa Jetak kecamatan Wedung kabupaten Demak saat ini menjadi satu satunya desa yang warganya bergerak di usaha kecil Warung Angkringan pinggir jalan yang lazim di sebut Warung Kucingan. Mengapa disebut kucingan karena yang dijual adalah nasi dan lauk yang dibungkus dalam porsi kecil mirip makanan kucing. Istilah Nasi kucing ini awal populernya di Solo , Jogya dan Semarang.
Salah satu pengusaha kecil di desa Jetak yang membuka usaha membuat nasi kucing dan ubo rampai warung kucingan adalah Mulyono. Pengusaha yang berawal dari penjual nasi kucing di Semarang ini membuka usaha di desanya sudah lebih 10 tahun. Usahanya saat ini terbilang komplit selain nasi kucing aneka lauk juga ada aneka sate , gorengan dan makanan lainnya. Semuanya itu ia buat didapur rumahnya dibantu 5 pekerja dari anak dan tetangga.
Awalnya saya menjualkan dagangan orang lain di Semarang .Lama lama ada pikiran pulang kampung untuk membuat sendiri dan dipasarkan saudara. Dari buat dikit dikit untuk 1-2 penjual seiring waktu terus berkembang saat ini ada 17 warung yang ngambil dagangan dari saya . Nasinya satu hari ya ada 200 bungkus dengan aneka lauk “, kata Mulyono pada kabarseputarmuria Kamis siang 12/10/2023.
Usaha yang ditekuni bersama keluarganya itu masih prospektif untuk dijalankan. Mesti kadang sepi namun hanya sesaat saja selain itu pertumbuhan penjual nasi kucing asal desa Jetak terus bertambah. Para lulusan sekolah Menengah atas jika tidak melanjutkan kuliah biasanya mereka belajar membuka usaha warung kucingan ini. Dengan modal yang tidak begitu besar mereka dengan mudah membuka usaha warung nasi kucing ini. Semua dagangan tinggal bawa sore hari dan pagi harinya baru bayar.
” Untuk membuka Warung nasi kucing ini modal yang dibutuhkan sekitar 10 jutaan. Yang besar untuk membeli gerobak dan peralatan untuk masak seperti kompor,panci, gelas , teko dan yang lain. Untuk modal operasionalnya permalam kecil paling untuk beli gula dan minuman sachet”, tambah Mulyono.
Terkait usahanya memasok aneka kebutuhan warung kucingan ini ya lumayan besar. Selain untuk membeli bahan baku seperti beras , ikan , bumbu dapur dan juga yang lainnya. Juga untuk membeli keperluan masak mulai kompor , panci ,besar dan aneka alat untuk memasak lainnya. Untuk kompor agar bisa jadi bersamaan setidaknya ada 3-4 kompor. Bahkan ada kalanya menggunakan tungku kayu bakar untuk menghemat operasional harian membeli gas.
” Kelihatannya yang diperhatikan baru penjual nasi kucing yang dibentuk kelompok dan sudah ada bantuan. Untuk pemasok atau pembuat nasi kucing sampai saat ini belum ada perhatian misalnya diberikan bantuan atau pembinaan yang lain. Inginnya sih diperhatikan seperti UKM yang lainnya. Padahal saya sudah buka usaha lama sekali “, harap Mulyono yang bertempat tinggal di desa Jetak RT 1 RW 04.
Ditambahkan Mulyono , sebagai pengusaha yang memasok warung kucingan ini harus punya modal dobel. Pengambilan dagangan di tempatnya dengan sistem ambil dulu baru bayar. Dengan artian mitra yang ambil dagangannya membayar ketika dagangan laku. Bahkan ketika ada dagangan yang tak laku biasanya kembali lagi.
Oleh karena itu ia berharap adanya sentuhan pembinaan dari instansi terkait . Agar usahanya lebih berkembang terkait produksi misalnya bantuan untuk peralatan memasak .Sedangkan untuk modal ia berharap ada pinjaman lunak yang bisa digunakan untuk merehap dapur tempat usahanya agar terlihat hygeinis . ( Pak Muin )