Jepara – Salah satu makam keramat di desa Ujungpandan kecamatan Welahan adalahj makam Mbah Karang atau Syeh Maksum Abrurrahman di dukuh Tegaron. Pedukuhan ini merupakan salah satu dukuh di desa Ujungpandan yang berdekatan dengan Dukuh Mbajangan desa Jungpasir kecamatan Wedung kabupaten Demak. Batasnya hanya Sungai kecil yang bisa dikatakan saluran air.
Ya Mbah Karang inilah yang dipercaya warga setempat menjadi salah satu cikal bakal atau orang yang pertamakali mbabat alas dukuh ini. Mengapa disebut Mbah Karang karena Syeh Maksum ini ketika hidupnya berdagang batu karang dari Jepara dijual ke dukuh Tegaron dan sekitarnya. Bukti dari peninggalannya dulu ada perahu besar di sekitar Sungai yang kini sudah mengecil.
“ Kalau saya dengar dari orang orang dulu mengapa di sebut Mbah Karang karena dulunya Mbah Maksum ini berdagang batu karang menggunakan perahu dari Jepara. Dulu Sungai ini besar bisa diletai perahu hingga sampai Welahan sana. Sekarang sungainya terus mengecil karena jadi tempat pemukiman warga “, kata Mbah Jumadi (70) warga dukuh Tegaron yang rumahnya dekat Makam Mbah karang pada kabarseputarmuria Rabu 4/10/2023.
Mbah Jumadi menambahkan , Makam Mbah karang di Dukuh Tegaron ini sudah puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun keberadaannya. Ketika dirinya masih kecil sudah ada makam terebut meskipun kondisinya sederhanan tidak megah seperti sekarang. Selain warga dukuh Tegaron sendiri yang mengunjungi atau berziarah warga dari mana saja dan waktu ziarahnya juga sewaktu waktu atau kapan saja mereka datang .
“ Warga sini tahunya jika ada yang ziarah hasil maksud biasanya manganan atau selametan di Makam ini dengan mengundang warga sekitar termasuk saya juga pernah diundang untuk selametan di makam ini. Mereka yang datang warga daru jauh jauh ada yang dari Jepara , Kudus , Semarang dan Jakarta . Mereka awalnya nyekar di makam ini dengan memohon sesuatu kepada Allah SWT. Ketika hajatnya Kabul mereka datang kesini syukuran “, tambah Mbah Jumadi.
Tradisi Nyadran atau Haul
Setiap tahun sekali di Makam Mbah Karang Dukuh Tegaron ini ada tradisi nyadran atau lazim disebut Haul . Bagi warga yang tinggal mungkin dikota besar tidak mengetahui apa itu nyadranan, tetapi bagi masyarakat pedesaan sudah tak asing lagi dengan kata tersebut.
Nyadranan adalah suatu tradisi warisan dari leluhur yang telah mengakar di masyarakat khususnya di jawa, tradisi ini dilakukan dengan cara menziarahi leluhur atau orang yang dikramatkan yang bertujuan untuk menghormati dan memuliakan leluhur yang sudah meninggal.
Masih cerita Mbah Jumadi di dukuh Tegaron desa Ujungpandan kecamatan Welahan kabupaten Jepara ini juga memiliki tradisi Nyadran atau Haul di makam Mbah Karang ini . Pada bulan asyuro atau muharram pada penanggalan kalender Islam, tepatnya pada tanggal 11 muharram Haul Mbah Karang diperingati . Seminggu sebelum tradisi tersebut dimulai, sanak saudara yang bekerja diperantauan semuanya mudik untuk mengikuti tradisi nyadranan atau Haul ini.
Mereka mengikuti acara demi acara dengan khidmad dan seksama. Salah satu yang tidak ditinggalkan adalah tradisi weweh atau memberikan makanan kepada sanak saudara yang tinggal diluar desa . Hal ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi. Mereka percaya dengan menjaga silaturahmi umur mereka akan dipanjangkan dan memperbanyak rizki yang dihasilkan.
Adapun biaya Haul tersebut ditanggung bersama secara gotong royong. Warga dari dalam desa atau luar desa menyumbangkan hewan-hewan sembelihan untuk dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir pada nyadranan tersebut. Ada yang menyumbangkan sapi, kerbau, kambing, ayam. Sehari sebelum acara dimulai masyarakat menyembelih hewan-hewan tersebut lalu memasaknya di area makam
Rangkaian acara Haul ini pada tanggal 10 Muharram warga mengadakan santunan yatama yang diikuti dari seluruh anak yatim atau piatu dari desa Tegaron serta desa tetangga hal ini mengajarkan kepada masyarakat agar mereka lebih menyayagi sesama serta lebih mencintai anak yatim. Malam harinya seluruh masyarakat berbondong-bondong menuju kemakam untuk mengikuti tradisi mele’an yakni tradisi dimana masyarakat tidak tidur semalam suntuk melainkan membaca Al-Qur’an, dzikir serta bersholawat bersama dimakam mbah karang.
Keesokan harinya tanggal 11 Muharram adalah hari yang dinanti. Seluruh warga dari desa Tegaron serta dari luar desa tersebut bersama-sama menghadiri acara tradisi nyadranan yang didalamnya terdapat acara ziarah, pengajian, sholawatan, serta makan bersama dimakam tersebut. Mereka semua percaya bahwa dengan menghadiri acara tersebut akan mendatangkan berkah dikehidupan yang akan mendatang.
Nyadranan dahulunya adalah adat dan tradisi hinduwisme namun di desa Tegaron ini nyadranan dibalut dengan adat dan kebudayaan Islam oleh para sespuh Islam pada jaman dahulu. Sehingga tradisi ini masih dilestarikan hingga sekarang karena mereka percaya tradisi ini membawa keberkahan seluruh warga desa .
Nah, jika anda berkunjung ke dukuh Tegaron desa Ujungpandan kecamatan Welahan kabupataen Jepara bisa ziarah ke Makam Mbah Karang ini. Sedangkan jika ingin mengikuti ritual nyadran bisa datang ditanggal 11 pada bulan Muharram tak ada salahnya untuk singgah dan mengikuti acara ini. ( Pak Muin )