Sebuah mesin pemotong padi sedang memanen sawah warga desa Tedunan Jepara ( Foto: kabarseputarmuria )
Jepara – Area persawahan di Jepara Selatan khususnya kecamatan Kedung dan Pecangaan kondisi saat ini mulai panen. Yang sudah terpotong tanaman padinya sekitar empat puluh persen sisanya terus setiap hari ada lahan yang di panen. Petani yang memanen padi diawal awal masih merasakan harga gabah yang bagus perkwintal mencapai Rp 600-620 ribu.Namun seiring dengan semakin banyaknya sawah yang dipanen mengakibatkan harga gabah terus turun.
” Untuk kemarin memang harga gabah lumayan tinggi , namun hari ini sudah turun menjadi Rp 550 ribu perkwintalnya . Jika terus banyak lahan yang dipanen bisa dipastikan harga gabah terus ndlosor atau turun. Sehingga keuntungan petani semakin berkurang beruntung yang panen awal harga gabah masih tinggi “, kata Habib petani dari desa Tedunan kecamatan Kedung pada kabarseputarmuria Senin 13/2/2023
Habib mengatakan , operasional tanam padi di MT 1 ini cukup tinggi dibandingkan MT 2 nanti. Untuk bibit dan biaya tanam tidak sekali jadi karena banjir. Selain itu pupuk subsidi sulit didapat sehingga beberapa petani membeli pupuk dari luar desa dengan sistem ketengan atau pupuk sisa MT1 atau karena sawahnya kebanjiran.
” Meski mahal mau tidak mau ya kita beli pupuk agar sawahnya bisa panen dengan baik. Pupuk subsidi stok habis atau susah di dapat. Meski harus mengeluarkan uang Rp 500 pupuk harus dibeli”, tambah Habib
Pupuk subsidi setelah adanya kartu tani menurut Habib ribet pembeliannya. Kadang ada kartu tani tidak bisa di gesek jika bisa jatah tidak sesuai dengan kebutuhan.Selain itu waktu suplai pupuk juga kadang tidak tepat waktu. Itulah salah satu kendala .”Enakan dulu cari pupuk gampang, sekarang beli pupuk harus ke agen yang ditunjuk”, imbuhnya.
Terkait turunannya harga gabah di area daerah pertanian kecamatan Kedung menurut Maskuri salah satu mengepul gabah bukan kehendak dia dan teman temannya. Namun kondisi pasarlah yang mengakibatkan turunnya harga gabah karena stok gabah semakin banyak. Selain itu kemungkinan karena harga beras di sejumlah pasar tradisional turun karena ada pasokan beras dari Pemerintah.Dengan turunnya harga beras otomatis harga gabah juga ikut turun.
” Kita ini sistem dagang kalau pembeli besar ikut naik kita belinya ke petani juga ikut naik.Begitu juga kita jual ke pembeli besar turun kita juga beli ke petani turun. Kita hanya ambil untung Rp 5-10 ribu Perzak. Untuk harga memang sudah mulai turun saat ini Rp 550-570 ribu perkwintal .Kalau harga normal sih sekitar Rp 450 ribu perkwintalnya “, imbuhnya.( Muin )