Demak – Meski hidup di desa Pesisir Kedungkarang kecamatan Wedung namun Rusli tak bekerja sebagai nelayan pencari ikan. Pasalnya pria yang sudah dikaruniai dua putra ini berasal dari Bandung Jawa Barat. Berjodoh dengan istrinya Nahwa karena bertemu di perantauan Jakarta.

Rusli yang hidup terus di desa Kedungkarang bekerja sebagai tukang jahit Konfeksi berupa celana pendek. Ia mengambil orderan dari desa Sendang Jepara kemudian di jahit di rumah bersama istrinya.

Rusli mengatakan ketrampilan menjahit ia kuasai ketika di Jakarta kerja di pabrik garmen. Selain mahir menjahit ia juga trampil memotong kain untuk celana atau baju.Namun sebelum ada modal untuk belanja kain ia masih menjual jasa menjahit untuk konfeksi. Ia sudah punya modal dua mesin jahit di rumahnya satu untuk dia dan satu untuk istrinya.

” Ya hasilnya ada bisa untuk hidupi keluarga kalau kerja keras sehari bisa dapat 80 potong dan kalau nyantai 60 potong dapat. Upah perportongnya ada yang Rp 2.000 ada yang Rp 3.000.Bayarannya mingguan rata rata seminggu Rp 600 ribu dapat kalau berdua dengan istri jadinya Rp 1,2 juta ” , kata Rusli yang sudah dapat berbahasa jawa.

Untuk mengembangkan usahanya Rusli dan istrinya akan membuka usaha konfeksi sendiri. Tidak lagi mengambil garapan kerja dari orang lain tetapi membeli kain sendiri kemudian di jahit. Setelah jadi celana kemudian dijual atau dipasarkan sendiri.

Dengan berbekal sertifikat yang baru jadi lewat program PTSL desanya ia mengajukan kredit awal sebesar Rp 5 juta ke sebuah Koperasi di desa tetangga . Pengajuannya langsung disetujui setelah petugas lapangan koperasi mensurvey kondisi usahanya. Uang tersebut akan dibelikan kain untuk membuka usaha konfeksi membuat celana pendek.

” Mudah mudahan dengan tambahan modal pinjaman saya bisa mengembangkan usaha konfeksi saya tidak hanya kerja buat untuk orang lain .Tetapi buat produk sendiri dan dipasarkan sendiri. Kalau celana ini jualnya 1 potong nya sekitar 15 – 20 ribuan tergantung bahan dan ukuran “, kata Rusli sambil menunjukkan bakalan celana yang belum jadi . ( Pak Muin ).