Jepara – Musim hujan telah tiba produksi garam sudah selesai petambak kini mengandalkan penghasilan harian tambak dari memasang bubu atau Sentengan (bubu) . Jika musim kemarau petambak bisa mendapatkan penghasilan yang banyak namun saat ini petambak hanya mengandalkan ikan dan udang yang masuk ke bubu. Hasilnyapun tergantung cuaca kadang bisa mendapatkan banyak kadang zonk tak mendapatkan apa apa.
Asnawi (57) warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung yang menggarap tambaknya di desa Kalianyar kecamatan Kedung mengatakan, jika musim penghujan tiba tambak hanya mengandalkan penghasilan harian dari menangkap udnag lewat alat bubu. Bubu dipasang sore hari dan pada pagi hari sekitar jam 5 pagi diangkat untuk diambil hasilnya .
“ Musim penghujan petambak harus tlaten merawat tambaknya agar bisa terus menghasilkan. Setelah produksi garam selesai tambak kembali penuh air hujan dan juga air laut . oleh karena itu agar tetap menghasilkan harus dijaga kondisi tambaknyamisalnya diambillumpurnya agar dalam selain itu tanggul juga ditinggikan agar tidak terkena rob “, kata Asnawi yang menggarap tambak lebih 20 tahun Rabu 28/12/2022
Menurut Asnawi jika punya modal dan kondisi tanah tambak tinggi aman dari rob dan banjir . Jika musim hujan tiba biasanya diisi bibit bandeng atau udang . Namun karena tambaknya yang tidak aman dari banjir dan rob ia tidak menebar bibit ikan atau udang . Sehingga ia mengharapkan hasil dari udang alami dari luar tambak yang masuk ke dalam bubu atau jebakan .
“Ya itu karena mengandalkan hasil dari alam yan hasilnya tidak menentu kadang dapat banyak kadang dapat sedikit tewrgantung kondisi alamnya. Jika cuacanya panas hasilnya tak seberapa bahkan kadang tak ada hasilnya. Jika kondisi dingin dan ada hujan biasanya udang banyak yang merapat ke dalam tambak “, tambah Asnawi.
Seperti di akhir bulan Desember ini laut ombak dan banyak hujan tambak mulai ada hasilnya. Udang udang sudah mulai masuk ke dalam tambak karena air hawanya dingin ,namun yang masuk baru udang kecil kecil. Sehingga setiap harinya ada hasil yang di bawa ke rumah . Selain udang dua ukuran kecil dan sedang beberapa kepiting juga masuk ke dalam bubunya.
“ Untuk udang yang kecil di beli pengepul Rp 10 ribu – Rp 15 ribu seperti ini. Terus udang yang sedang seperti ini dibeli pengepul Rp 30 ribu. Kalau kepiting kecil kecil seperti ini harganya sekitar Rp 25 ribu – 30 ribu. Setelah dipilah pilah seperti ini kemudian di jual ke pasar “, kata Asnawi lagi.
Mufalihah (52) istri Asnawi mengatakan, setiap hari ia menjual hasil tambak berupa udang dan kepiting di pasar baru yang tidak jauh dari rumahnya. Adapun hasilnya naik turun tergantung dari perolehan udang dan kepiting . Jika sedang beruntung bisa mendapatkan hasil Rp 150 ribu dalam seharinya . Namun jika kondisi sepi pendapatan suaminya dari tambak Rp50 ribu bahkan kadang kurang dari itu.
“ Kalau musim ombak seperti ini hasil tambak cukup lumayan .Namun sayangnya jika banyak udang di pasar harganya langsung turun . Mau sih disimpan untuk dijual besok tapi udang seperti ini tidak bisa disimpan lama takut busuk. Sehingga berapapun harganya tetap dijual setiap hari “, papar Mufalihah. ( Pak Muin)