Jepara –  Bulan Juni hujan terus mengguyur di kawasan pantai Utara Jawa termasuk juga Jepara. Hal ini membuat petambak garam belum bisa memproduksi garam . Beberapa petambak yang memulai membuat garam justru rugi karena lahan garam yang masih berair tawar . Akibatnya mereka kehilangan biaya menggarap lahan.

Sokib (46) petambak garam yang juga Ketua KSU Mina Barokah desa Surodadi kecamatan Kedung yang dihubungi kabarseputarmuria membenarkan petambak garam belum bisa memproduksi garam. Selain faktor hujan juga ada beberapa tambak yang tergenang air . Padahal biasanya bulan Juni petambak sudah panen garam.

“ Memang tahun ini musim hujan cukup panjang sehingga bulan juni yang biasa petambak garam sudah panen namun saat ini belum ada yang panen. Akibatnya stok garam di gudang petani mulai menipis dan hargapun terus naik”, kata Sokib.

Harga garam saat ini masih menggunakan hukum ekonomi , jika stok banyak harga murah . Sedangkan jika stok habis atau sedikit harga garam akan  naik dengan sendirinya. Ooleh karena itu ketika stok banyak atau panen raya garam hanya laku Rp 20 ribu perkwintalnya. Namun harga garam pernah mencapai Rp 300 ribu karena stok sedikit karena tak ada musim kemarau.

“ Jadi garam itu komoditas unik di saat panen harga bis anjlok dibawah harga produksi , namun jika langka harga naik berlipat lipat dari harga kekinian. Padahal harga kekinian garam saat ini Per kwintalnya Rp 40-50 ribu “, tambah Sokib.

Sokib menambah tahun 2022 ini ia mendapatkan kesempatan mengelola GGN (Gudang Garam Nasion al) di desa Kalianyar kecamatan Kedung . Saat ini di gudang tersebut terisi sekitar 600 ton garam yang dibeli dari petambak garam sekitar. Sampai di gudang harga perkwintalnya Rp 70 ribu . Saat ini harga garam mulai naik sekitar Rp 120 ribu setiap kwintalnya .

“ Rencananya garam nanti kita lepas kalau harganya mencapai Rp 1.500 setiap kwintalnya . Dengan harga segitu kita sudah dapat untung yang lumayan . SElain itu kita betul-betulo memanfaatkan GGN bantuan dari pemerintah “, kata Sokib lagi.

Terkait kebijakan garam impor Sokib menampik bahwa garam import tidak akan menganggu tata niaga garam lokal. Garam lokal sudah ada pasar tersendiri sehingga ia tetap optimis jika harga garam lokal tahun ini terangkat tinggi karena langkanya garam. Jika benar tidak ada musim kemarau seperti tahun 2011 dan tahun 2016 harga garam akan naik berlipat lagi.

“ Jika memang tak ada hujan dipastikan kita untung besar , minimal dua kali lipat dari modal yang kita keluarkan . Padahal kapasitas gudang ini bisa menampung 2.500  dan saat ini baru terisi 700 ton . Kalau terisi penuh keuntungan bisa lebih besar lagi “, kata Sokib lagi .(Muin)