DEMAK  – Petambak garam di Demak saat ini menunggu kenaikan harga garam untuk menutup biaya operasional produksi garam tahun ini. Harga garam yang ditunggu tunggu belum datang sehingga mereka masih menyimpan garamnya dalam gudang.Biasanya jika bulan Januari sudah ada pergerakan harga namun hingga akhir bulan tak ada kabar berita harga garam naik. Sehingga garampun masih ditahan di gudang meskipun resiko banjir terus menghadang.

” Hujan deras semalam membuat air di tambak menggenang sehingga garam simpanan saya di lahan kena air. ini saya pindah ke tempat yang agak tinggi takutnya ada banjir lagi. Kalau di hitung ya hilangnya ada sepertiganya “,kata Husen Ajmain petambak garam desa Kedungkarang pada kabarseputarmuria Minggu sore (26/1)

Husen mengatakan garam yang ia simpan di lahan tersebut sebenarnya sudah bukan miliknya dan merupakan titipan karena sudah dibayar lunas. Pengambilannya ketika nanti harga garam naik sehingga si penitip dapat untung . Namun sebelum harga naik garam yang tersimpan di lahan terkena air banjir. Apapun resikonya iapun akhirnya harus memindah garam yang sudah kena air banjir agar tidak terulang lagi karena hujan masih ada.

” Ya itulah resikonya petambak garam yang dititipi harus menjaga garam akan dari banjir. Nah kalau seperti ini ya kita nanti mengembalikan garam ketika sudah panen lagi”, kata Husen Ajmain
Berusaha membuat garam dua tahun ini banyak susah daripada senangnya. Harga garam yang rendah dan biaya operasional yang tinggi membuat banyak petambak garam mengalami kerugian.Penyewa lahan tahun ini mengeluh karena harga sewa yang terlanjur tinggi.Harapannya ada kenaikan harga seperti tahun sebelumnya. Nyatanya pada tahun 2019 ini belum ada kenaikan harga garam yang signifikan. Sehingga stok garam digudang petambak garam masih menumpuk.

” Entahlah sejak ada impor garam yang banyak itulah membuat harga garam terpuruk.Tahun ini harga garam per Kg nya paling tinggi 200 perak Padahal tahun tahun sebelumnya paling rendah masih dikisaran 500 – 600 rupiah perkilogramnya”,kata Husen Ajmain lagi.

Husen Ajmain berharap ada campur tangan pemerintah dalam pemberdayaan petambak garam ini. Harga yang rendah membuat petambak garam kesulitan untuk berusaha karena operasional pembuatan garam yang tinggi. Selain harga sewa yang mahal, harga geomembran yang tinggi juga upah kerja yang selalu naik.Harapannya petambak garam ada bantuan misalnya geomembran seperti yang dulu.Hal itu membuat biaya operasional garam berkurang karena geomembran tak beli lagi.(Mu’in)