Jepara – Kerajinan mainan anak tradisional masih terus berkembang di Desa Karanganyar Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Mainan jenis kitiran berbahan kertas dan plastik ini telah merambah pasar Asia Tenggara.
Desa Karanganyar yang berbatasan dengan Kabupaten Demak terpisah oleh sungai ini memang menjadi sentra mainan anak tradisional Kabupaten Jepara. Mayoritas warganya merupakan pengrajin mainan.
Di sepanjang jalan, berbagai kerajinan mainan seperti kitiran, trotokan atau sorongan, serta hewan-hewanan (ikan lele, tikus, buaya dan lainnya), dipajang di toko-toko. Selain itu, beberapa proses pembuatan menjadi pemandangan yang menarik.
Salah satu Pengrajin yang masih bertahan adalah Fathoni yang rumahnya pinggir jalan . Di rumahnya setiap hari ia merangkai berbagai mainan tradisional berbahan baku bamboo , plastic mika , spon dan kertas. Setiap minggunya ia masih mengirim ribuan mainan pesanan pelanggannya.
“ Ada yang langsung datang ke rumah saya untuk ambil dagangan , ada yang juga pesan via telepon dengan pembayaran transfer bank. Tidak hanya jawa saja namun saya melayani pesanan dari luar Jawa “ kata Fathoni
Kerajinan mainan anak tradisional menjadi industri warga setempat, awalnya dibawa oleh seorang bernama Mudi dan Sanusi. Kedua warga Desa Karanganyar ini dulunya adalah penjual mainan bebek yang terbuat dari lilin di sekitar Taman Budaya Sriwedari Solo.
Kitiran dari Solo itulah kemudian dimodifikasi mulai tahun 1970 an akhirnya terus berkembang hingga sekarang. Dulunya hanya satu produk berbahan baku kertas , kini kipas putar berkembang menjadi 4-5 produk dengan bahan tambahan mika.
Adapun harga mainan dari desa Karanganyar bervariasi untuk lele lelean dan sejenisnya harganya antara Rp 1.500 – 1.700 . Sedangkan untuk kipas putar atau kitiran mulai dari harga Rp 1.300 – Rp 3.500,- tergantung jenisnya.
Harga tersebut adalah harga di tempat dan harga grosir dki pengrajin . Sedang setelah masuk ke pengepul harganya akan bertambah tergantung dari pengepul mengambil keuntungan. Sedangkan harga ecerannya tergantung dari penjual eceran.
“Kalau kitiran memang sudah dipasarkan hampir di semua pulau di Indonesia. 10 persen di Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Singapura,” ujarnya
Dalam tiga sampai empat bulan sekali, pengiriman kitiran ke Malaysia dilakukan setengah kontainer. Bertahannya kerajinan mainan anak tradisional di tengah deras kecanggihan teknologi lantaran beberapa hal. Diantara harga yang murah dan masih disukai oleh anak-anak.
( Muin )