Jepara – Petambak garam di kabupaten Jepara mulai menggarap lahannya meski harga garam masih rendah. Lahan garam yang memanjang mulai dari Desa Semat kecamatan Tahunan sampai desa Kedungmalang kecamatan Kedung saat ini mulai ada kegiatan. Bebarapa petambak mulai menata saluran air , membuat petak petak kristalisasi dan sebagaina ada yang memasang geomembran.
Salah satunya ada haji Suhadak petambak garam dari desa Kedungmalang kecamatan Kedung. Lahan garam seluas satu haktar lebih ini sudah setengah jalan menunggu panas matahari yang menyinari area lahan garam. Meski harga garam tidak ada kenaikan ia terus membuat garam karena profesi itu satu satunya dan sudah dijalankan puluhan tahun.
“ Ya gimana lagi punyanya ya lahan garam ini ,hidup ya dari membuat garam meski haraga garam minim dari segi perhitangan usaha. Usaha turun menurun ini masih kita jalankan. Siapa tahu 2-3 tahun ke depan harga kembali normal “, kata Haji Suhadak pada kabarseputarmuria yang datang ke lahan garamnya.
Untuk harga saat ini keuntungan petambak sangat minim sekali itu bagi pemilik lahan sendiri. Untuk petambak garam yang menyewa kemungkinan mengalami kerugian . Perhitungannya lahan satu hektar pertahunnya menghasilkan garam rata rata 100 Ton . Dengan harga garam kisaran Rp 30 ribu di lahan petambak mendapatkan hasil kotor sekitar Rp 30 juta rupiah.
“ Padahal kita membuat garam mulai awal sampai akhir sekitar 7 bulan . Jika sehari kerja kita dibayar Rp 100 ribu misalnya untuk tenaga kerja sudah Rp 21 juta . Sisanya tinggal Rp 9 juta untuk peralatan dan lain lain , kalau lahan sewa biaya sewa dari mana kan tombok “, kata Haji Suhadak yang juga berprofesi sebagau pedagang garam.
Menurutnya agar petambak garam mempnyai keuntungan harga garam minimal Rp 50 ribu setiap kwintalnya . Perhitungannya hasil kotor setiap hektarnya Rp 50 juta rupiah dikurangi tenaga kerja Rp 21 juta sehingga ada sisa Rp 29 juta yang digunakan untuk operasional peralatan dan sewa lahan . Dari perhitungan itu petambak masih mendapatkan keuntungan meski tidak banyak.
“ Jadi untuk kekinian harga garam agar petambak tidak mengalami kerugian ya minimal Rp 50 ribu setiap kwintalnya ,bila berlebih tentunya petambak garam lebih sejahtera. Seperti dua tahun yang lalu harga garam mencapai Rp 200 ribu perkwintalnya .Petambak garam banyak yang bayar haji dan umroh “, papar Suhadak.
Hal sama dikatakan Nasir petambak asal desa Kedungmutih Demak yang menggarap lahan garam di Jepara , harga garam yang belum beranjak naik membuat ia menahan garamnya di gudang. Saat ini ia sudah mulai menggarap lahan garamnya kembali meski harga garam rendah. Rencananya hasil panen tahun ini ia simpan kembali selagi haraga garam masih rendah. Ia berkeyakinan tahun kedepannya pasti ada kenaikan harga garam seperti pengalaman tahun tahun yang lalu.
“ Harga garam memang sulit diprediksi karena pemerintah tidak membali garam seperti halnya Bulog membeli gabah atau beras. Oleh karena itu tinggal kita kalau mau menyimpan garam dalam waktu yang lama ada kemungkinan harga garam naik signifikan. Seperti beberapa tahun yang lalu harga garam mencapai Rp 300 ribu setiap kwintalnya “, kata Nasir . (Muin)