Demak- Khususnya di Jawa Tengah model da’wah dengan model pengajiaun umum mendatangkan da’I adalah sudah menjadi tradisi dan budaya. Setiap momen penting entah itu acara Sekolah ,Pondok dan warga rumahan sering digelar Pengajian umum.
Sebelum acara digelar biasanya di umumkan lewat berbagai media. Diantaranya brosur, baliho , serta di unggah ke media social dengan harapan pengunjungnya banyak. Selain kelihatan meriah juga sebagai wujud Ukhuawah Islamiyah.
Salah satu da’I yang laris khususnya di Pantai Utara Demak ,Jepara , Semaang ,Kendal adalah KH. Mahyan Ahmad . Kyai asal Grobogan ini sering mengisi pengajiandi daerah ini untuk berbagai macam acara. Sehingga jika kita mau mengundang beliaunya bisanya harus antri 6 bulan sampai satu tahun.
Keunikan dari da’wah KH. Mahyan Ahmad adalah lucu dan merakyat. Topik yang disajikan dalam ceramahnya adalah kejadian-kejadian yang dialami warga atau jamaah sehari-hari. Dengan joke joke yang lucu membuat pendengar dan pemirsa tidak ngantuk dan tekun mendengarkannya.
Selain itu juga bisa berkomunikasi aktif dengan jamaah , sehingga meski durasinyaceramahnya panjang . Minimal satu jam bahkan ada yang lebih dua jam namun tidak membuat bosan dan pemirsa tetap di tempatnya masing-masing. Selain itu disela sela topic pokok juga diselingi dengan sholawat nabi yang dipadukan dengan qosidah atau rebana membuat ceramahnya makin greget.
Seperti halnya penampilan KH. Mahyan Ahmad di pondok pesantren Thoriqul Huda Kedungkarang yang dipadukan dengan qosidah El-sida Semarang Selasa (17/4). Da’I dengn ciri khas memakai tongkat ini membuat ratusan pemirsa tak beringsut dari tempat duduk.
Sepanjang ceramahnya dua jam lebih pemirsa mengikuti dengan tenang dan penuh gelak tawa ketika beliau melempar joke lucu. Meskipun gerimis datang para pendengarpun masih setia mendengarkan. Apalagi jika sang kyai melantunkan sholawat hadirin pun menyahutnya sehingga kantukpun hilang.
Model nada dan dakwah inilah yang sekarang popular dimana-mana ,mungkin tidak hanya di Jawa Tengah saja. Selain KH. Mahyan Ahmad beberapa da’I lain suduah mulai mengkolaborasikan da’wah model ini. Sehingga kita teringat sejarah wali pada jaman dahulu. Sebelum berda’wah diperdengarkan music gamelan yang popular waktu itu.
Sekarang jaman modern musicpun mengalami perkembangan sehingga muncul music islami seperti halnya qosidah. Sehingga qosidah inipun digunakan untuk para da’I sebagai penarik jamaah agar hadir melihat dan mendengarkannya. Yang terpenting dari acara Nada dan Da’wah tersebut adalah maksud si penceramah bisa dipahami oleh jamaah. (Muin)