Lamongan – Petani garam selalu bergantung pada musim. Saat musim hujan atau kemarau basah, bisa dipastikan hasil garam akan menurun. Namun, hal ini tak berlaku bagi salah seorang petani Lamongan. Inovasi yang dibuat bisa menjadikan bertani garam tak lagi harus bergantung pada musim.
Rumah garam prisma, demikian rumah garam inovasi baru karya petani Lamongan, Samian Arifin, warga Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong. Berkat rumah garam prisma ini, bertani garam kini tak harus bergantung pada musim. Pasalnya, dengan memberi atap plastik, kini tambak garamnya tak perlu bergantung pada musim sehingga bisa terus berproduksi garam yang akhir-akhir ini langka.
Kepada detikcom, Arifin menyebut rumah garam ini disebut sebagai rumah garam prisma karena atapnya dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk prisma. “Dasar tambak kami pasang terpal, sedangkan untuk atap yang berbentuk prisma saya pakai plastik geothermal,” katanya di lokasi rumah garam prisma, Senin (31/7/2017).
Arifin menjelaskan, selain membuat tambak garamnya memiliki atap plastik berbentuk prisma, sebelumnya dia telah mengumpulkan air laut yang sudah tua untuk disimpan di dalam tandon air sehingga bisa digunakan sewaktu-waktu. Air asin dari laut di dalam tandon air inilah, kata Arifin, yang kemudian disalurkan ke 15 petak tambak garamnya di lahan seluas lebih kurang 1 hektar.
“Awal musim kita perbanyak air laut tua di tandon seluas 1.000 meter persegi, agar bisa digunakan setiap musim dan panen setiap hari,” ujarnya.
Arifin mengaku menjalankan inovasi rumah garam prismanya ini baru setahun ini setelah sebelumnya sering bereksperimen dengan banyak bentuk dan media.
“Sebelumnya saya pernah memakai terpal dan bereksperimen dengan bentuk lain, tapi ternyata lebih sukses dengan bentuk prisma,” katanya.

Dari banyak petani garam di Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, hanya Arifin yang menggunakan metode rumah garam prisma. Kebanyakan mereka masih menggunakan metode konvensional, tapi saat ini sudah mulai banyak petani garam yang melirik rumah garam prismanya.
“Kalau dari luar daerah, saya sudah pernah menularkan ilmu ini ke beberapa petani di luar daerah seperti di Pasuruan, Madura, bahkan luar Jawa,” terangnya.
Dengan keberadaan rumah garam prisma, Arifin berharap agar kelangkaan garam seperti yang terjadi saat ini tidak terulang. “Sehingga swasembada garam bisa terwujud dan kita tidak perlu impor garam,” harapnya.
(fat/fat)

Sumber : Detik.com