Demak – Musim kemarau yang panas menyengat usaha yang paling cepat meraup uang adalah jualan es.  Mulai dari Es buah , es campur , es cincau dan masih banyak lagi lainnya. Tak perlu lapak mahal Cuma meja besar bangku dan paying raksasa. Tinggal tunggu di pinggir jalan pembeli pasti mendekat.

Jadi jangan kaget jika anda berjalan-jalan di seputaran desa sampai kota orang jualan es ada dimana-mana. Jika anda haus anda tinggal menepi dan harganyapun murah meriah rata-rata es berbagao macam rasanya ini dijual Rp 2.000,- setiap bungkusnya. Tidak perlu gelas untuk manyajikannya namun hanya plastic dan sedotan saja.

Ahlinya jualan es pinggir jalan adalah warga desa  Jungsemi kecamatan Wedung kabupaten Demak. Warga desa Jungsemi terkenal sebagai perantau yang handal dan membuka berbagai macam usaha makanan dan minuman. Selain terkenal sebagai penjual Mie ayam ,warga desa ini juga ahlinya berjualan es pinggir jalan.

Hampir semua penjaja es pinggir jalan di seputaran Demak dan Jepara adalah warga desa Jungsemi ini. Biasanya para penjual ini adalah mantan perantau yang kembali ke desa atau penjual baru yang diajari oleh perantau yang pulang kampung. Selain jualan di pinggir jalan banyak dari mereka yang berjualan di kantin sekolah .

“ Saya dulu jualan es seperti ini di Jakarta di sebuah kantin sekolah, karena tempat itu digantikan kakak saya akhirnya saya buka usaha pinggir jalan disini. Semua penjual es pinggir jalan seputaran sini semua warga desa Jungsemi “, kata Sugito warga desa Jungsemi yang membuka lapaknya di Selatan Jembatan Karangaji – Tedunan .

Sugito mengatakan usaha berjualan es pinggir jalan ini tak perlu banyak modal yang penting kemauan dan tidak malu untuk berjualan. Sehingga siapapun bisa jualan es seperti dirinya. Bahan bahan yang dibutuhkan untuk membuat es ini semua ada di toko-toko desa Jungsemi dan sekitarnya. Membuatnya juga tidak sulit campuran bahan bisa dipelajari.

“ Kalau komplit semua ada 9 rasa ada rasa mangga , jeruk , cincau , dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun kebanyakan penjual di sini rata-rata bawa 3 tremos besar .  masing masing es buah ,es cappuccino dan Mangga “, lanjutnya.

Sugito setiap hari mangkal di jembatan dekat SMP 2 Wedung , jika dari hari biasa pembelinya adalah warga desa Tedunan dan anak sekolah . Selain itu juga pengendara yang lewat jembatan setiap harinya. Ia berangkat dari rumah sekitar jam 8 pagi dan pulangnya paling cepat jam 1 siang sampai dengan jam 3 sore.

Berjualan es seperti dirinya kendalanya adalah hujan jika pagi hari hujan sering dagangan tidak habis. Namun jika panasnya terik dagangan cepat habisnya apalagi jika banyak pekerja angkut garam sering dagangannya di borong habis. Oleh karena itu jika cuaca mendung ia kadang mengurangi porsi dagangannya.

“ Yang namanya usaha kadang ramai ya kadang sepi , kalau tiga tremos ini habis semua ya keuntungan bersih bisa capai Rp 100 – 125 ribu , kalau tidak habis ya separuhnya . Yang penting besok pagi bisa belanja lagi dan jualan  lagi. Rejeki ada yang ngatur mas “, katanya menutup sua. (Muin)