Jakarta (ANTARA News) – Pedagang berbagai macam jajanan di lingkungan sekolah dasar perlu dilakukaan pembinaan agar tidak menyajikan makanan dan minuman yang tidak baik untuk kesehatan dan pertumbuhan siswa, kata pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor Arif Satria, di Jakarta, Jumat.
Arif mengatakan pemerintah pusat dan daerah harus mengambil langkah serius dengan membina kantin dan pedagang untuk menghadirkan penyediaan makanan dan minuman yang bergizi bagi anak didik di lingkungan sekolah.
Arif yang juga merupakan Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB tersebut mengatakan jajanan SD yang tidak diketahui kualitas keamanan pangan dari bahan-bahan yang tidak baik untuk kesehatan akan berdampak pada proses belajar siswa.
Ia menyebut Program Gizi Anak Sekolah (Progas) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan menyediakan penganan sehat dan bergizi sebelum belajar sangat penting untuk pemenuhan gizi seimbang. Akan tetapi kehadiran kantin sekolah dan pedagang jajanan di lingkungan sekitar juga harus dibina.
“Di IPB kita punya proyek kantin sehat, jadi kami melakukan pembinaan pada penjual makanan untuk menyediakan makanan yang sehat,” kata dia.
Arif setuju dengan konsep pendidikan anak saat ini harus dibangun dari ekosistem yang baik mulai dari guru di sekolah, pendidikan di rumah oleh orang tua, dan juga lingkungan sekolah termasuk kantin.
Menurut dia untuk meningkatkan gizi pada siswa perlu melibatkan pihak sekolah, orang tua, dan juga pedagang makanan di lingkungan sekitar. Ia juga menilai memang perlu ada kebijakan khusus dari pemerintah agar sekolah bisa menjaga anak didik dari makanan yang tidak sehat.
“Saya berharap pemda harus punya perhatian terhadap pembinaan makanan kantin. Karena ini punya dampak yang luar biasa. Jadi kalau anak kecil dikasih racun terus, tuanya jadi apa,” ujar Arif.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan Program Gizi Anak Sekolah (Progas) untuk membantu memenuhi gizi seimbang siswa-siswa SD.
Program tersebut memberikan penyediaan penganan sehat pada anak didik di pagi hari sebelum belajar dengan makan bersama-sama di kelas. Makanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan gizi seimbang serta mengutamakan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan lokal untuk menghidupkan ekonomi setempat.
Program tersebut diterapkan awal Mei 2016 dan dimulai dari tiga kabupaten di NTT, yakni Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Belu. Selain itu Progas juga akan diterapkan di Tangerang, Banten. Ke depannya, Progas akan menjadi program nasional yang dilakukan di seluruh sekolah dasar di Indonesia.
Editor: Ruslan Burhani