KUDUS – Muria Cultural Program (MCP) Universitas Muria Kudus (UMK), digelar sejak 27 Oktober dan berakhir hari ini, Sabtu (29/10). Event internasional yang diikuti 61 peserta dari 14 negara, itu ditutup secara resmi oleh Wakil Rektor IV, Drs. Muh Syafei M.Pd. di lapangan basket Kampus UMK sekitar pukul 12.30.
Usai penutupan, digelar performance kolaborasi antara mahasiswa UMK dan semua peserta. Ada dua performance yang berlangsung sekitar pukul 12.30 hingga 13.40 itu, yakni memainkan gamelan dan suguhan Tari Kretek.
Kendati belum begitu menguasai betul bagaimana memainkan gemalen dan Tari Kretek, karena waktu berlatih yang sangat siungkat, namun penampilan itu mampu memukau para pimpinan universitas dan mahasiswa UMK yang menyaksikan, apalagi peserta MCP nampak berupaya keras memberikan penampilan sebaik mungkin.
Carolina, peserta MCP asal Chile, misalnya, nampak begitu senang tergabung dalam kelompok yang menyuguhkan Tari Kretek. ‘’Saya senang sekali dengan budaya Indonesia,’’ ujarnya yang mengenakan busana adat Kudus lengkap dengan jarik motif batik.
Bassem M. Ibrahiem Mosa Ismail dari Jordania, mengutarakan hal senada. ‘’Indonesia, khususnya Kabupaten Kudus, memiliki budaya yang sangat beragam. Kulinernya juga banyak. Di sini ada Jenang, juga memiliki Tari Kretek yang menarik. Cukup sulit juga mempelajari Tari Kretek ini,’’ katanya saat ditemui sebelum tampil dalam kelompok penari kretek.
Tiga Kesepakatan
Selain suguhan performance kolaborasi antarmahasiswa peserta MCP, yang menarik dari rangkaian upacara penutupan MCP, yaitu ditandatanganinya kesepakatan oleh perwakilan dari 14 negara.
Ke-14 negara mahasiswa peserta MCP itu, adalah Indonesia, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Rwanda, Afghanistan, Libya, Chile, Korea Selatan, Jordania, Finlandia, Tanzania, Sudan, dan Sierra Leon.
Adapun tiga butir dalam kesepakatan itu adalah; alumni MCP akan selalu membangun rasa persahabatan dan persaudaraan; alumni MCP akan berusaha mengeksplorasi potensi lokal di masing-masing negara yang kemudian akan memperkenalkannya di komunitas global; serta berkomitmen mengenalkan perkembangan pengetahuan dan teknolologi tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal.
Wakil Rektor IV, Muh Syafei, mengemukakan, bahwa salah satu tujuan diselenggarakannya MCP ini adalah untuk mengusung isu kearifan lokal dalam forum internasional yang melibatkan publik dari berbagai negara.
‘’Digelarnya MCP, adalah salah satu bentuk kepedulian dan komitmen UMK, dalam mengenalkan kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Kudus,’’ katanya dalam sambutannya mewakili Rektor sebelum menutup MCP secara resmi. (*)