KUDUS – Di ruang gamelan milik Program Studi (Prodi) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Muria Kudus (UMK), itu menarik perhatian puluhan sekitar 60-an mahasiswa dari berbagai negara yang mengikuti Muria Cultural Program (MCP), yang diselenggarakan kampus swasta terbesar di Pantura Timur Jawa Tengah itu.
Suara merdu dari alat musik gamelan yang antara lain terdiri atas Kendhang, Demung, Saron, Peking, Bonang, Gong, Slenthem, Kethuk dan Kenong, Gender, dan Gambang itu, begitu memesona 61 mahasiswa yang terdiri atas 17 mahasiswa Indonesia dan 44 lainnya mahasiswa dari berbagai negara.
Diiringi lagu Gambang Suling dan Cublak-cublak Suweng, semua peserta MCP nampak tak sabar berlatih dan memainkan gamelan, di bawah arahan para mahasiswa PGSD dan dosen pembimbing seni karawitan di kampus tersebut.
‘’Gamelan ini alat musi yang menarik, tetapi memainkannya sangat sulit,’’ ujar Pinja Kiira Linnea, mahasiswa asal Finlandia diamini Nigin Kohistasni dari Afganistan. Keduanya dan para mahasiswa lain pun sangat antusias berlatih gamelan pada kegiatan MCP yang berlangsung 27 – 29 Oktober.
Lebih lanjut dia mengemukakan, dirinya sangat senang mengikuti MCP yang didanai Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui dana hibah penguatan Kantor Urusan Internasional (KUI) dan didukung Yayasan Pembina (YP.) UMK, Passage to ASEAN (P2A) dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
“Saya senang mengikuti acara Muria Cultural Program ini. Sebab, acaranya unik, menarik, dan pesertanya banyak sari berbagai negara, sehingga semakin menambah relasi internasional,’’ paparnya dalam acara yang dibuka Rektor UMK Dr. Suparnyo SH. MS. itu.
Ungkapan senang bisa mengikuti kegiatan MCP yang diselenggarakan UMK, ini juga sisampaikan Yassir Ahmed, mahasiswa asal Sudan. “Ini pertama kali perjalanan saya ke Kudus. Ternyata Kudus kaya akan budaya dan orangnya juga ramah,” tuturnya.
Sebagai pelengkap dari pelatihan gamelan itu, peserta MCP pun mendapatkan pelatihan bahasa Jawa dialek Kudus yang disampaikan oleh Much Arsyad Fardani M.Pd. “Bahasa Jawa dalam beberapa variasi dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar dialek, yaitu dialek bagian Barat, Tengah, dan Timur,” ujar Fardani.
Dalam proses pengenalan Bahasa Jawa itu, para peserta pun diajak aktif mengucapkan berbagai kata, seperti Ceblok, digudak, jengen, lamuk, odak ndan deh yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggrisagar para mahasiswa asing memahami maknanya.
Sementara itu, mahasiswa asing dalam MCP ini adalah para mahasiswa yang berasal dari Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Finlandia, Afghanistan, Tanzania, Sierra Leonean, Chili, Jordania, Sudan, Rwanda.
Sedang dari Indonesia, selain UMK sebagai tuan rumah, peserta berasal dari Undip, UGM, Unair, UnwahasSemarang, Unisnu Jepara, Stisip Amal Ilmiah Yapis Wamena Papua, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Darussalam Gontor, IKIP PGRI Pontianak, Universitas Tidar Magelang, Unissula, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, dan Universitas Muhammadiyah Malang. (*)