Oleh Hasyim Asy’ari
Santri Ngisor Menoro Kudus

Kudus  – Hari ini 23 September 2016 Pemda Kudus memperingati Hari Jadi Kudus yang ke-467. Ada apa di balik penetapan hari jadi Kudus? Berikut penelusuran singkat sejarah di balik tanggal 23 September sebagai hari jadi Kudus.

Sebagai simbol berdirinya Kota Kudus adalah selesainya pembangunan mihrab Masjid Menara Kudus pada tahun 956 Hijriyah atau 1549 Tarikh Umum (TU). Angka ini dapat dilihat pada batu bertulis di atas mihrab Masjid Menara Kudus.

Tentang tahun, ada dua sumber utama yang dapat dirujuk oleh para sejarawan, yaitu condro sengkolo yang ada di Masjid Langgar Dalem, Desa Langgar Dalem, Kecamatan Kota, berupa condro sengkolo berjenis memet, yaitu berupa simbolisasi yang agak rumit untuk ditafsirkan artinya, dan condro sengkolo yang ada di atas mihrab Masjid Menara (al-Aqsha) berupa condro sengkolo berjenis lombo, yaitu berupa tulisan berbahasa Arab yang secara jelas menyebut angka. Akhirnya, disepakati untuk mengambil angka 956 (Hijriyah) dalam condro sengkolo berjenis lombo yang ada di atas mihrab sebagai patokan tahun jadinya Kudus.

Tentang hari jadi Kudus terdapat tiga perkembangan yang menarik.

Pertama, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kudus No. 11 Tahun 1990 tentang Hari Jadi Kudus, tanggal 6 Juli 1990, telah ditetapkan tangal 23 September 1549 TU. Penentuan hari jadi tersebut menggunakan tahun historical yaitu 956 H sebagaimana tertulis dalam condro sengkolo berjenis lombo di atas mihrab masjid al-Aqsha Menara Kudus. Namun, untuk penentuan tanggal dan bulan ditetapkan berdasarkan kesepakatan, dan dipilihlah 1 Ramadhan, sebagai tanggal kultural, hal ini berkaitan dengan tradisi “bedug dandang” sejak zaman Sunan Kudus sebagai penanda menyambut awal Ramadlan. Berdasarkan patokan yang disepakati, yakni 1 Ramadhan 956, akhirnya dilakukanlah konversi menjadi penanggalan nasional atau Tarikh Umum. Tim Sejarah Fakultas Sastra UGM dalam konversi sementaranya menghasilkan tanggal 2 Oktober 1549 TU, sedangkan konversi dari KH. Turaichan Adjhuri Es-Syarofi (almarhum), seorang kiai ilmu falak terkemuka di Kudus, dengan patokan yang sama mengkonversi menjadi hari Senin Pahing tanggal 3 Oktober 1549 TU.

Kedua, kajian berupa pembacaan ulang condro sengkolo lombo oleh Claude Guillot dan Ludvik Kalus (Perancis) pada tahun 2001 dalam buku “Inskripsi Islam Tertua di Indonesia”, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2001), yang membaca kalimat “28 Rajab” 956 di baris kelima (terakhir). Hasil pembacaan yang telah terpublikasikan dalam buku tersebut, telah menyebut tanggal historical berdirinya Kota Kudus dan masjidnya: al-Aqsha, meskipun, khusus untuk tanggal “28”, penulis menyatakan masih terdapat keraguan, namun untuk bulannya, telah diyakini terbaca dengan jelas “Rajab”.

Ketiga, berdasarkan dua kajian terdahulu, belakangan Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) bersama dengan Tim Arkeologi UGM pada Senin, 25 Juli 2011, melakukan pembacaan ulang yang menghasilkan kesimpulan sementara bahwa berdirinya Masjid al-Aqsha dan Kota Kudus adalah 19 Rajab 956.

Hasil pembacaan KH. Saifuddin Luthfi, menunjukkan bahwa al-Masjidil Aqsha Menara Kudus diresmikan pada hari Selasa Legi tanggal 19 Rajab 956 H / 23 Agustus 1549 TU.

Berkaitan dengan itu sebaiknya ada upaya pelurusan sejarah tentang hari jadi Kudus menjadi tanggal 19 Rajab 956 H yang bertepatan dengan hari Selasa Legi tanggal 23 Agustus 1549 TU, bukan lagi 23 September sebagaimana selama ini diperingati.

#AkuWongKudus
#GusJiGang
#SantriNgisorMenoroKudus