Jepara – Menjadi petani penggarap saat ini harus kreatif memanfaatkan lahan untuk menangguk rupiah . Tanah yang di sewa atau digarap milik orang lain harus digarap dengan sebaik-baiknya. Jika musim hujan ditanami padi hingga bisa dua kali panen. Musim kemaraupun masih dimanfatkan untuk menanam palawija.
Seperti halnya pak Rukali warga RT 01 dan RW 01 desa Kaliombo Pecangaan ini. Sawah yang disewanya dari bakon Masjid Tedunan ,meski kondisi kering masih dimanfaatkan untuk mendapatkan rupiah. Di sawah kering itu ia Tanami Krai (timun jawa) yang setiap pagi hari dan sore hari dirawatnya.
“ Ya lumayan pak hasilnya meski tidak banyak ya masih bisa dapat hasil dari bertanam Krai disini. Jika pagi hari siram-siram tanaman kadang juga memetik buah krai yang siap untuk dijual kepasar”, kata pak Rukali pada kabarseputarmuria.com .
Pak Rukali mengatakan sawah yang disewanya dari bakon masjid Tedunan terletak di tempat yang rendah sehingga jika musim penghujan sering ban jir. Akibatnya hasil tidak maksimal seperti yang lain. Dalam satu kali tanam kadang ya untung namun kadang juga rugi. Namun demikian banyak untungnya meski sedikit.
Jika musim kemarau sawah yang terletak di sebelah selatan jalan raya Kaliombo itu ditanami palawija. Yang banyak adalah ditanami Krai ( timun jawa) . Maskipun harganya rendah dibandingkan ketimun biasa, namun perawatannya cukup mudah dan tahan penyakit.
Bibitnya tidak perlu membeli namun diperoleh dari buah Krai tua tahun yang lalu. Bibit-bibit itu disemaikan disawah yang dibasahi dari air sumur yang dibuat di tengah sawah. Setelah tanaman mulai tumbuh tinggal menyirami setiap pagi dan sore harinya. Dua bulan tanaman krai mulai berbunga dan beberapa hari kemudian mulai berbuah.
“ Pemanenannya kurang lebih tiga bulan , untuk harga ukurannya zak-zakan satu zak harganya berkisar Rp 40ribu –Rp 50 ribu. Satu kali panen ya kadang 3 zak – 4 zak . Petiknya 2-3 hari sekali “, tambah Pak Rukali.
Namun demikian ada yang disayangkan pak Rukali dia dan puluhan teman-temannya yang negal menanam palawija . Rata-rata mereka menanam dengan pengalaman saja tanpa ada penyuluhan dari dinas pertanian . Sehingga jenis tanaman yang di tanam hasilpenjualannya rendah.
Mereka sebenarnya ingin tanam komuditas yang mahal di pasaran seperti Timun , semangka , Lombok dan yang lainnya. Namun mereka tidak mempunyai kemampuan dan modal untuk membiayai penanaman palawija yang bernilai tinggi.
“ Ya gimana lagi kami ini petani kecil ,petani penggarap sehingga modal sangat kurang ya begini menanam tanaman yang biaya kecil. Ya kalau ada penyuluh pertanian kami sangat gembira apalagi ada bantuan dari pemerintah “, tambah Rukali yang dibenarkan dua temannya yang sama-sama menanam palawija yaitu pak Kasradi dan Muskholil.(Muin)