Jepara – Beternak kerbau saat merupakan usaha agro bisnis yang masih prospektif untuk di kembangkan. Selain daging sapi daging kerbau juga salah satu protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Di waktu hari raya idul adha hewan berkaki empat ini juga sebagai salah satu hewan kurban yang dicari. Oleh karena itu di desa sentra pertanian hewan besar ini masih dipelihara.

Seperti halnya di desa Ujung pandan kecamatan Welahan Jepara ini beberapa warganya juga memelihara kerbau untuk menambah penghasilan keluarga. Kandang-kandang mereka terletak di pinggir sungai SWD 1 ( Serang lama) berjajar rapi berjumlah 12 petak. Kandang-kandang yang terbuat dari bambu dan beratap genting ini berisi kerbau 3 – 12 ekor tergantung dari kemampuan modal mereka .

“ Saya punya 3 kerbau yang besar 2 yang anakan 1 . Saya tidak beli tetapi hasil parohan dari saudara. Ya memelihara kerbau ini bukan pekerjaan pokok tetapi sambilan tani . Kalau dihitung sudah ada 10 tahun lebih saya ngingoni kerbau ini “, kata pak Ngateman warga RT 10 RW 04 desa Ujungpandan pada KSM, Minggu (28/9).

Pak Ngateman mengatakan , memelihara kerbau jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh banyak untungnya. Jika tidak punya modal bisa memelihara kerbai dengan system parohan. Pemodal yang membeli anakan kerbau (gudel) harganya antara Rp 7 juta – 8 juta setiap ekor. Kerbau dipelihara sampai besar atau beranak. Kurang lebih 2- 3 tahun dihitung hasilnya bisa di minta kerbau atau uang.

“ Jika pembesaran saja biasanya hitungannya uang . Jika dyang dipelihara kerbau betina biasanya hasilnya berupa anakan kerbau. Namun jika dihitung hasilnya sama berkisar Rp 7 -8 juta rupiah setiap 2 tahunnya”, kata pak Ngateman.

Menurut pak Ngateman harga kerbau saat ini cukup mahal , sehingga peternak bisa mendapat keuntungan yang lumayan. Kerbau untuk keperluan korban yang berumur 2,5 – 3 tahun harganya bisa mencapai Rp 17 – 20 juta rupiah. Biasanya anakan di beli seharga Rp 7 – 8 juta , waktu pembesaran sekitar 2,5 – 3 tahun. Agar nyucuk satu peternak minimal memelihara kerbau 5 ekor.

Hal sama juga dikatakan pak Sodikin tetangga pak Ngateman, memelihara kerbau masih layak jika di kembangkan sebagai usaha agro bisnis. Namun demikian sarana prasarana juga harus diperhatikan . Selain modal untuk beli anakan keperluan pembuatan kandang juga harus diperhatikan. Lingkungan kandang  seperti jalan dan tempat untuk mandi kerbau  juga harus diperhatikan.

“ Ini semua kandang-kandang milik petani di sini 12 orang , dulu pernah ada kelompok tani tetapi sekarang tidak ada kegiatannya lagi. Kami disini sangat butuh bantuan sarana prasarana dari pemerintah agar ternak kami nyaman masuk keluar kandang”, kata Pak Sodikin.

Pak Sodikin mengatakan karena modal yang terbatas kandang-kandang milik petani kondisinya sangat sederhana. Lantainya masih tanah liat jika musim penghujan kondisinya becek dan kurang sehat. Selain itu jalan untuk turun naik kerbau ke sungai masih berujud tanah liat . Jika hujan tiba kerbau kesulitan untuk naik turun sungai karena jalannya “mathol”.

“ Oleh karena itu kami mengharapkan sekali bantuan dari pemerintah untuk sarana dan prasarana kandang kerbau disini. Kami memang membuat kandang menyatu disini agar keamanan dan kenyamanan kerbau terjaga. Kami bentuk satgas keamanan secara bergiliran “, tambah Pak Sodikin yang dibenarkan mbah Sanusi yang mempunyai kerbau 3 ekor. (Muin)