Jepara  – Sebanyak 19 calon haji (calhaj) asal Jawa Tengah hingga kini masih ditahan otoritas Filipina karena menggunakan paspor ilegal. Mereka ditahan sejak Jumat (19/8) bersama 158 calhaj dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satu dari Calon haji itu adalah Karomisah Kasmadi Kamsan warga desa Kedungmalang kecamatan Kedung kabupaten Jepara.

Karomisah yang dalam rilis yang didapatkan Kabarseputarmuria beralamat di desa Karangaji kecamatan Kedung yang benar adalah beralamat di desa Kedungmalang kecamatan Kedung. Hal itu dibenarkan oleh Musyafak anak dari Karomisah , bahwa ibunya memang salah satu dari 177 calhaj Indonesia yang tertahan di Manila karena masalah dokumen. Ibu Karomisah berangkat dari rumah tanggal 17 Agustus 2016.

“ Ya setelah diadakan selamatan sekedarnya , ibu berangkat pas 17 Agustus 2016 yang lalu menuju Bandara Semarang , lalu ke Jakarta setelah itu saya tidak tahu dibawa kemana lagi . Tahu-tahu ada berita dari televisi “, ujar Musyafak yang di temui karabarseputarmuria.com di rumahnya desa Kedungmalang.

20160826_073146

Rumah Ibu Karomisah Desa Kedungmalang Jepara

Musyafak mengatakan , ibunya memang sudah lanjut usianya melihat pendaftaran Haji yang menunggu lama itu ketika ada penawaran berangkat haji cepat iapun mendaftarkan diri. Ia mengatakan ibunya tidak mendaftarkan haji lewat jalur reguler lewat Depag. Namun lewat seseorang yang telah ia kenal karena diperkenalkan oleh temannya. Adapun biaya yang dikeluarkan sebesar 120 juta seperti yang terkabar di media.

Pembayaran uang tersebut diperkirakan pada bulan Rajab yang lalu. Setelah mendaftar itu ibunyapun mendapatkan seragam batik serta mengikuti pelatihan manasik haji di Gedung haji. Ketika mau berangkatkan apa apa juga telah dipersiapkan . Selain selamatan seperti layaknya orang berangkat haji juga dulakukan dengan mengundang tetangga sanak kerabat.

“ Memang ibu tidak mendapatkan kopor haji seperti jamaah haji reguler. Oleh yang membawa ibu saya kopor nanti akan diberikan setelah di Jakarta . Sehingga sayapun tidak ada kecurigaan karena bayarnya mahal saya kira haji plus “, kata Musyafak.

Setelah tersandung di Fhilipina setiap waktu Musayafak selalu memantau kondisi ibunya hanya lewat televisi. Ketika berangkat ibunya tidak membawa HP sedangkan nomor HP orang yang mengawal ibunya beberapa hari ini tidak bisa dihubungi. Ia berharap masalah ibunya bisa diselesaikan dengan baik dan berharap ibunya bisa berangkat haji tahun ini.

“ Ya kami sebagai anggota keluarga ya berharap ibu saya bisa berangkat haji tahun ini. Selain membayar mahal tahu saya berangkatnya juga resmi . Kalau sampai tidak berangkat ya kami akan lakukan upaya yang terbaik . Tahu saya ya bisa berangkat “, kata Musyafak. (Muin)