Jepara – Salah satu kuliner asal Kudus yang banyak penikmatnya adalah “Lenthog” dari Tanjung. Makanan berbahan lontong dengan kuah nangka muda dicampur dengan tahu ini menjadi makanan khas sejak dahulu. Saking terkenalnya penjualan makanan yang cocok untuk sarapan pagi ini hingga ke luar kota Kudus.

Salah satunya adalah warung Lenthog Tanjung di pertigaan Pecangaan . Jika pagi hari tiba warung yang dibuka sudah lebih sepuluh tahun ini tiada pernah sepi dari pembeli. Mulai buka dasar sampai dengan selesai pembelinya harus antri.

Padahal di tempat lain masih ada penjualan lenthog seperti di Terminal Pecangaan . Namun warung lenthog pertigaan Pecangaan ini dari segi pelanggan tidak terkalahkan. Selain di makan di tempat banyak pula pembeli yang membawanya pulang untuk di santap di rumah.

“ Wah kalau saya ke Pecangaan pagi hari pasti saya mampir ke warung Lenthog ini kangen dengan lonthong dan sayurnya , Meski antri kayak begini nggak papa yang penting bisa merasakan lenthog tanjung pertigaan pecangaan”, ujar Hamim warga Karangrandu pada kabarseputarmuria.com

Memang warung lenthog Tanjung yang mangkal di pertigaan Pecangaan cukup istimewa dari segi rasa dan juga harganya. Lonthong berbahan beras yang dikemas dalam daun pisang ini terasa kenyal dan pulen . Selain itu kuahnya yang berbahan baku nangka muda yang direbus berhari-hari bumbunya cukup nendang. Apalagi dicampur dengan irisan tahu goreng kecil-kecil.

20160103_062234

Warung tenda Lenthog Tanjung Bunderan Pecangaan

Oleh karena itu jika warung ini buka sekitar pukul enam pagi pembelinya sudah datang sebelum jam enam. Mereka antri dengan tertib demi menikmati sepiring lenthog tanjung . Makin siang antrianpun makin panjang sampai dengan habisnya sekitar pukul delapan pagi. Bahkan jika tidak antri duluan bisa-bisa tidak kebagian karena sudah habis duluan.

Mbak Evit yang dibantu suaminya mengatakan ia jualan lenthog Tanjung ini mewarisi usaha mertuanya ibu Lasipin yang asli Kudus. Dulunya ia bersama suami selalu menemani mertuanya jika berjualan . Sesekali iapun menggantikan mertuanya ketika ada halangan. Nah dari kebiasaan ikut berjualan itulah ia kini sudah jalan sendiri.

“ Alhamdulillan semenjak saya jualan di sini pembeli selalu datang silih berganti. Ini memang rejeki saya sebagai penerus lenthog tanjung ibu mertua saya “, kata mbak Evit.

Meskipun dikenal paling enak di seputaran Pecangaan , namun harga satu porsi lenthog tanjung ini tidak lebih dari Rp 5 ribu rupiah, oleh karena itu dengan uang Rp 10 ribu kita bisa ikut antri mencoba kelezatan lenthog pertigaan Pecangaan ini. (Muin)