Jepara – Kemarau panjang yang melanda kabupaten Jepara berdampak positif terhadap produkstifitas garam rakyat. Hampir enam bulan tidak ada guyuran hujan membuat lahan garam setiap harinya di panen. Sampai akhir bulan Oktober ini hasil garam petambak mendekti dua kali lipat dibandingkan dengan hasil tahun lalu.
Huda petambak garam asal desa Kedungmalang pada kabarseputarmuria mengatakan , tahun ini ia telah memanen lahan garamnya sebanyak 2.500 keranjang . Padahal tahun lalu hanya mendapatkan garam sekitar 1.500 keranjang. Sehingga menutup musim garam tahun ini ia memastikan bisa mendapatkan 3.000 keranjang.
“ Jikalau panas ini sampai pertengahan bulan November dipastikan target dua kali lipat akan terpenuhi. Namun sayangnya harga garam tahun ini menurun drastic dibandingkan tahun lalu sehingga perolehan hasil juga menurun tajam”, tambah Huda.
Huda menambahkan , turunnya harga garam membuat petambak garam tidak bersemangat lagi menggarap lahannya . Dulu ketika harga garam tinggi petambak garam bersemangat untuk memanen lahannya . Namun dengan rendahnya harga garam meski lahan siap di panen merek banyak membiarkan dengan mengairi kembali meja kristalisasi.
Hal sama dikatakan Sokhib petambak garam yang juga Pengurus KSU Mina Barokah Surodadi , tahun ini harga garam di Jepara memang turun dibandingkan tahun yang lalu. Saat ini harga garam menyentuh di level terendah yaitu Rp 15 ribu – Rp 20 ribu di lahan. Sehingga ia menyarankan petambak garam untuk menyimpan garamnya di gudang.
“ Melihat kondisi harga garam yang rendah dan sulit di jual , solusinya ya di simpan di dalam gudang. Meskipun kenaikannnya tidak begitu signifikan namun saya pastikan ada kenaikan “, kata Sokhib dalam obrolannya dengan kabarseputarmuria.
Sokhib menambahkan biaya operasional untuk membuat garam saat ini setiap hektarnya Rp 40 Juta. Biaya itu diantaranya untuk sewa lahan , alat , dan tenaga kerja. Rata rata perolehan garam setiap hektarnya kondisi normal adalah 100 ton sehingga harga garam agar bisa menutup biaya operasional minimal Rp 40 ribu setiap kwintalnya.
Namun karena belum adanya HPP garam maka harga tidak bisa diprediksi oleh petambak garam. Ketika stok garam di lahan sedikit harga bisa melonjak tinggi namun sebaliknya jika stok garam ditingkat petambak garam maka harga turun drastic . Sehingga bisa terjadi perkwintal garam harganya bisa mencapai Rp 250 ribu namun bisa juga di titik terendah seperti tahun ini perkwintal hanya Rp 20 Ribu rupiah.(Muin).