Demak – Pegaram dari desa Babalan kecamatan Wedung saat ini sedang menunggu turunnya bantuan media isolator. Media berbahan dari plastic ini mampu meningkatkan kualitas dan juga kuantitas garam. Sehingga pegaram terus menunggu turunnya bantuan dari pemerintah.

Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) “Air Salju” desa Babalan Agus Mulyanto mengatakan , pegaram dari desa Babalan jumlanya lebih 500 orang. Namun tahap pertama ini yang baru diajukan sekitar 75 orang . Mereka tergabung dalam beberapa kelompok dan kondisinya saat ini sudah panen.

Pegaram dari desa Babalan menurut Agus belum ada yang menggunakan meja kristalisasi dari membrane . Semuanya masih menggunakan tanah liat sehingga garam yang dihasilkan kualitasnya masih rendah. Akibatnya harga garam juga rendah sehingga penghasilan merekapun tidak besar.

“ Harga garam di lahan pegaram di desa Babalan saat ini perzak Rp 7.000 dengan berat 50 kg sehingga perkwintalnya sekitar Rp 14 ribu. Padahal garam dengan kualitas bagus harganya perkwintal masih bertahan Rp 45 -50 ribu “, kata Agus,

1aswer

Pegaram sedang memanen lahan garam

 

Sementara ini garam yang dihasilkan oleh pegaram kualitasnya umum sehingga harganyapun selalu naik turun tergantung stok dilapangan. Ditambahkan Agus ketika panen awal panen harga garam di desa Babalan masih bagus perkwintalnya Rp 20 -25 ribu . Namun setelah panen raya harga itu terus turun seiring bertambahnya stok garam di lahan pegara.

Dengan adanya bantuan media Isolator itu diharapkan penghasilan pegaram dapat meningkat . Garam yang dihasilkan kualitasnya lebih bagus dan harganyapun tetap bertahan meskipun jumlahnya banyak. Untuk pembelian secara mandiri dibutuhkan modal yang cukup besar.Oleh karena itu pegaram mengharapkan bantuan dari pemerintah.

“ Penggarap garam rata-rata adalah penyewa atau pemaro untuk biaya sewa saja sudah tinggi apalagi ditambah dengan pembelian media isolator hal itu cukup memberatkan mereka “, kata Agus lagi.

Disisi lain Kepala Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Dr. Ir. Sudarto, MM mengatakan untuk meningkatkan penghasilan pegaram harus alih teknologi dalam pembuatan garam. Dulu pegaram hanya mengandalkan meja kristalisasi dari tanah. Namun setelah ditemukan teknologi media isolator ini mau tidak mau mereka harus berubah pola pikirnya.

“ Dengan penggunaaan media isolator ini telah dibuktikan beberapa petani di Demak, Pati, Rembang , sampai Jawa Timur bahwa inovasi teknologi pegaraman mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas . Tinggal pegaramnya mau atau tidak untuk diajak maju bersama “, tambah Sudarto dihadapan puluhan pegaram Demak di acara pelatihan inovasi garam dib alai desa Kedungmutih. (Muin)