Demak – Hari raya Idul Fitri bagi umat Islam dimanapun mereka berada adalah hari yang cukup istimewa sehingga kedatangannya disambut dengan kemeriahan dimana-mana, digang-gang sempit, rumah reot sampai dengan rumah mewah menyambutnya dengan penuh kegembiraan. Tidak ketinggalan pula kemeriahan yang dilakukan oleh warga pesisir Demak ini , sehingga meskipun hari raya kurang satu minggu merekapun mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut hari yang mulia itu.
Seperti halnya warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Jepara ini , setiap malam hari raya seluruh warga menyambutnya dengan takbiran keliling kampung dengan mengarak mascot musholla dengan berbagai bentuk yang setiap tahunnya selalu berganti-ganti. Mascot yang mereka rak biasanya maket masjid , kapal laut , kapal terbang sampai dengan berbagai macam hewan seperti Buroq, ikan, udang sampai dengan kalajengking.
” Ya ini memang tradisi warga sini dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri dengan membuat mascot yang diarak keliling kampung, setiap musholla membuat satu yang kemudian diarak seluruh jamaah . Tahun ini kalau tidak salah ada 4 yaitu kapal , ikan mas raksasa , ikan hiu dan orang mengaji mascot yang diarak keliling kampung mengiringi takbiran ”, cerita Rojain (50) warga desa Kedungmutih
Rojain mengatakan , biaya dari pembuatan mascot yang diarak keliling kampung ini hasil swadaya masyarakat yang dikumpulkan oleh para pemuda musholla , selanjutnya merekapun membeli bahan-bahan yang kemudian dirangkai menjadi berbagai macam bentuk tergantung hasil keputusan rapat bersama.
Setelah jadi mascot tersebut di letakkan diatas kereta dorong dengan diberi lampu penerangan berwarna-warni yang dihidupkan lewat genset , tidak lupa pula diberi pengeras suara yang akan digunakan untuk takbir keliling kampung.
Biaya yang dikeluarkan untuk membuat mascot bervariasi antara Rp 750.000,- – Rp 1.000.000,- tergantung dari besar kecilnya dan bahan yang digunakan. Meskipun menghabiskan biaya yang cukup besar namun mereka menganggap hal tersebut tidak memberatkan , karena hal itu telah ada semenjak mereka masih kecil, dan jaman dahulu sebelum jalan diaspal seperti sekarang mascot tersebut dipikul dengan tenaga manusia.
” Semenjak saya masih kecil tradisi arak-arakan memeriahkan takbir keliling sudah ada , selain bertakbir keliling kampung saya dan teman-teman juga membunyikan petasan dan menyulut kembang api sehingga keramaiannya makin bertambah seru . Sekarang tradisi menyulut kembang api dan petasan ketika takbir keliling masih diteruskan oleh anak-anak sini ”, kenang Musa Abdillah warga desa Kedungmutih menambahkan.
Dengan adanya tradisi takbir keliling mengarak berbagai mascot dari masing-masing musholla di desa Kedungmutih ini membuat keramaian tersendiri menjelang malam hari raya , para pemuda siang sampai sore harinya membuat dan menata mascot agar malam nantinya siap diarak keliling kampung . Selain memberinya lampu warna-warni , juga peralatan soundsytem yang bagus sehingga ketika diarak selain berkelap kelip jika dilihat ,suara yang ditimbulkan juga cukup keras .
Untuk anak-anak pagi harinya ke pasar-pasar terdekat sambil membawa bekal uang untuk membeli petasan dan kembang api berbagai jenis , ada kembang api yang bisa berbunyi, air mancur dan juga kembang api yang bisa meluncur ke atas bak pesawat roket.
Sehabis shalat Isya’ sekitar jam delapan malam dari tiap-tiap musholla pun mulai mengarak ke Masjid Jami’ Baitul Makmur Kedungmutih . Setelah semua berkumpul barulah diringi mengelilingi desa setiap di pojok desa rombongan berhenti untuk do’a bersama memohon kepada Allah SWT agar seluruh warga desa Kedungmutih diberi keselamatan dan rejeki yang melimpah yang diamini seluruh warga desa.
Selesai berdo’a bersama barulah mascot-mascot itu bergerak keliling kampung sambil mengumandangkan takbir yang bersahut-sahutan , diselingi dengan dentuman petasan dan juga kilatan cahaya kembang api . Jika dilihat dari jauh arak-arakan takbir keliling sungguh sangat indahnya.
Oleh karena itu ketika rombongan mendekati rumah warga , maka semua warga menyambutnya di depan rumah dengan suka citanya . Bahkan jika anak-anak mereka sudah tidur maka merekapun dibangunkan untuk melihat indah dan ramainya arak-arakan takbir keliling kampung.
Setelah berkeliling desa arak-arakan takbir kelilingpun berakhir di makam desa untuk berdo’a bersama memohonkan ampunan seluruh penghuni kubur. Usai berdo’a merekapun kembali ke tempat masing-masing. (Muin)