Demak – Ada satu tradisi lagi yang diuri-uri kelestariyan oleh masyarakat pesisir di Jepara dan Demak yang berkaitan dengan tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri yang dikenal sebagai Badha kupat.
Di hari badha kupat ini seluruh warga desa membuat hidangan khas berupa ketupat dan lepet yang telah mentradisi ratusan tahun yang lalu.Momen itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh pedagang ketupat dan janur untuk menangguk rejeki.
Para pedagang janur dan ketupat ini mulai berjualan biasanya tiga hari setelah hari raya sampai dengan hari keenam. Hari ketujuh itulah jatuh badha kupat atau badha kedua setelah hari raya iedul fitri.
Selain ketupat sudah jadi tanpa isi pedagang juga berjualan janur untuk membuat kue lepet. Lepet adalah hidangan yang terbuat dari ketan yang dicampur dengan garam dan parutan kelapa dimasukkan dalam wadah daun kelapa jika dirasakan rasanya cukup lezat.
Seperti terlihat di pasar baru desa Kedungmutih kecamatan Wedung pagi tadi Selasa (21/7) halamannya dipenuhi pedagang ketupat, janur dan juga kelapa. Mereka datang pagi sehabis subuh menunggu para pembeli. Ketupat kosong dibuat di rumah dengan satuan sepuluh satu gendelnya. Sedangkan janur juga di bendel dengan isi sepuluh lembar.
“ Kalau ketupat kayak gini persepuluh Rp 2.500,- . sedangkan janur yang lebar satu gendelnya Rp 5.000,-. Biasanya satu orang ya belu 20 – 30 ketupat dan janur 2-3 ikat “, ujar Monah pedagang janur pada kabarseputarmuria.
Selain janur dan ketupat kelapa juga merupakan dagangan yang cukup laris untuk menyambut hari bada kupat. Sehingga usai lebaran ini pedagang kelapa juga ketiban rejeki . Kelapa ini digunakan sebagai bumbu untuk membuat gulai dan juga membuat kue lepet. (Muin)