Kudus – Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan untuk berziarah ke kota Kudus dalam rangka menjelang bulan suci Ramadhan. Hari itu Kita satu rombongan berniat berziarah ke Kota Demak, Kudus dan Pati. Tiga kota yang mengandung sejarah penyebaran agama Islam.
Ronde pertama adalah kota Demak , Ronde kedua kota Pati dan yang ketiga kota Kudus. Di Kota jenang ini kami akan berziarah ke makam Sunan Kudus dan Makam Simbah KH. Arwani Amin ulama kharismatik kota kretek yang kini santrinya menyebar keseluruh Indonesia.
Dari Pati perjalanan memasuki kota Kudus agar tidak terlalu jauh berjalan kaki atau naik ojek . Mobil rombongan kami berjenis ELF oleh sang sopir dilewatkan jalan kelinci keluar masuk kampung. Sehingga sampailah kami di desa Kampung Kuanaran yang kalau tidak salah masuk desa Kajeksan.
Mobil diparkir di tempat parkir tidak jauh dari Makam Romo KH Arwani Amin. Rombongan kamipun berziarah ke makam yang lokasinya menyatu dengan pondok Yan’buul Qur’an. Setelah selesai berziarah kami meneruskan perjalanan menuju makam Sunan Kudus dengan berjalan kaki.
Nah mulailah kami merasakan perjalanan tempo dulu melewati gang-gang yang sempit berjarak lebih lima ratus meter. Memang Kudus Kulon utamanya seputaran Masjid menara merupakan situs sejarah Kudus lama. Kondisi sekarang tidak jauh berbeda dengan jaman dulu menurut saya.
Dari kwanaran rombongan kami bergerak melewati gang-gang sempit yang jika diukur tidak ada dua meter. Gang-gang sempit itu merupakan tembok batas rumah satu dengan rumah yang lain. Tembok itu tingginya sekitar tiga meter sehingga rumah warga tidak kelihatan dari luar. Adapun akses keluar masuk lewat pintu kecil di salah satu tembok pembatas.
Gang-gang sempit inilah yang menjadi ciri khas Kota Kudus tempo dulu sampai sekarang. Utamanya desa sepeti Menara, Kajeksan, Baletengahan dan seputarnya masih berarsitektur lama. Dari beberapa tembok yang dibongkar kelihatan rumah di dalamnya masih kelihatan kuno belum direnovasi. Ciri khas dari Rumah Kudus adalah kamar mandi diluar
Rumah-rumah kuno ini dari penglihatan saya sepanjang menelusuri gang-gang sempit sepertinya tidak ada perawatan. Bahkan satu dua rumah ada yang hampir ambruk. Hal ini wajar kemungkinan penghuni atau anggota keluarganya banyak yang bekerja atau bertempat tinggal di luar Kudus . Mereka kebanyakan bisa berkumpul dalam momen lebaran. (Muin)