Demak – Nurkhasan (30) warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak dulunya adalah pekerja mebel di Jepara. Setiap hari dari rumahnya ia nglajo ke daerah Jepara sejauh 10 Km. Di rumah bosnya ia memborong pekerjaan membuat berbagai jenis mebel  mulai dari almari, buffet, meja, kursi dan yang lainnya.

Ia bekerja di sector mebel ini sudah lebih 10 tahun semenjak lulus sekolah lanjutan pertama. Sehingga keahlian membuat berbagai jenis barang sudah ia kuasai. Selain itu ia juga belajar menaksir nilai barang dari bahan baku sampai dengan barang jadi siap jua.

“ Nah setelah saya mampu menghitung semuanya saya putuskan untuk buka sendiri, kebetulan istri saya mendukung. Cari-cari pinjaman akhirnya jadilah gudang kecil ini “, aku Nur Khasan pada kabarseputarmuria.com

Modal awal yang iabutuhkan ketika itu sekitar Rp 30 juta rupiah . Selain untuk membuat gudang sederhana di bantaran kali sungai serang. Iapun membeli peralatan kerja seperti mesin serut, mesin bur , kompresor dan peralatan lainnya.

 

9

Nur khasan

Awalnya ia kerja sendiri dalam gudang itu. Ia mencari order mebel dari bosnya dahulu. Ia mengambil satu sampel barang dari sana. Iapun kemudian membuat di bengkel mebelnya. Setiap sepuluh hari sekali iapun menyetor barang jadi ke gudang bosnya di Jepara.

Ia menggambarkan 1 meter kubik kayu jati harganya berkisar Rp 4,5 juta rupiah . Kayu itupun kemudian di buat buffet misalnya. Dalam jangka  10 hari kayu itupun sudah jadi buffet mentahan. Selanjutnya ia setorkan ke bosnya, mebel itu laku Rp 10 juta rupiah.

“Kalau dihitung keuntungan bersih perbulan setelah dikurangi bahan baku,tenaga dan bahan lain ya Rp 500 ribu – Rp 1 juta per 10 hari. Jika saya ikut kerja ya dapat penghasilan lagi Rp 50 ribu – Rp 75 ribu “, tambah Nur Khasan.

Setelah berjalan beberapa bulan , beberapa temannya sesama pekerja mebel dari desa Kedungmutih ikut bergabung di gudangnya. Saat ini ada lima temannya tukang bergabung ikut memborong pekerjaan mebel di gudangnya. Selain mengurangi biaya transport bekerja di desa sendiri lebih nyaman,

“ Inginnya sih membesarkan usaha mebel ini , karena keterbatasan modal ya berjalan seadanya. Bila ada bantuan pemerintah saya membutuhkan peralatan yang kurang agar kerja teman-teman lebih lancar “, harapnya.

Dengan bertambahnya jumlah tukang kayu yang bergabung. Ia berniat membuat kelompok usaha bersama (KUB) mebel. Kelompok ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bersama-sama. Diharapkan juga adanya bantuan dan pembinaan dari pemerintah daerah atau dinas terkait. (Muin)