Demak – Desa Tedunan kecamatan Wedung kabupaten Jepara , dulu dikenal sebagai daerah tertinggal sehingga dulu pernah mendapat dana (IDT) Inpres Dana Tertinggal jaman era orde baru . Setelah sekian lama berjalan desa ini mulai bergerak maju untuk mengejar ketertinggalannya dengan desa lainnya.
Dari sector ekonomi pendapatan masyarakat desa ini dikenal sebagai daerah yang minus karena kebanyakan warganya hidup sebagai buruh , petani dan nelayan. Sedikit orang yang mempunyai jiwa wiraswasta . selain modal yang kurang juga kemampuan SDM ( Sumber Daya Manusianya) kurang mendukung.
Saat ini salah satu pekerjaan buruh terbanyak di desa ini adalah sebagai pekerja di sector pemintalan kain manual atau lazim disebut penenun. Sepuluh tahun yang lalu setiap pagi dari desa ini puluhan orang dengan naik sepeda atau angkutan umum berangkat ke desa Troso. Desa di kecamatan Pecangaan kabupaten Jepara sejak dulu dikenal sebagai sentranya industry tenun .
Di sana mereka bekerja sebagai buruh pembuat kain pada pengusaha tenun ikat dengan cara bayar borongan yang setiap minggunya mereka dapatkan. Tenaga yang terjun ke industry tenun Troso ini selain para remaja putus sekolah , banyak pula orang tua dewasa baik pria maupun wanita. Dari waktu ke waktu jumlah tenaga kerja yang terjun ke industry tenun semakin bertambah . Pada tahun 2014 ini jika dihitung ada 100 orang lebih warga Tedunan yang menekuni sebagai buruh pintal kain.
“ Dulu memang para pekerja tenun dari desa ini “nglajo” setiap hari ke desa Troso. Namun sekarang mungkin hanya sebagian kecil yang masih kerja di sana. Alat tenun sudah banyak yang dibawa kemari mereka sekarang bisa kerja di rumah masing-masing “, kata Zaenudin warga desa Tedunan pada kabarseputarmuria.
Zaenudin mengatakan, industry tenun Troso di desanya sudah sekitar lima tahunan berjalan. Dulu para pekerja yang “mburuh” membuat tenun torso ini harus berangkat pagi-pagi dan pulangnya menjelang sore hari. Namun semenjak ada kepercayaan dari bos dengan meminjamkan alat tenun pada pekerja maka hasil buruhan yang diterima lebih banyak karena tidak terpotong oleh biaya transportasi .
Jika dihitung harian mereka para pekerja tenun di desa Tedunan ini penghasilannya Rp 25.000,- sampai Rp 30.000,- dengan kerja yang santai . Upah akan lebih besar lagi jika mereka mau kerja lebih keras lagi upah mereka dapatkan bisa mencapai Rp 35.000,- – Rp 40.000,- yang mereka dapatkan seminggu sekali lewat mandor tangan kepanjangan bos dari Jepara. (Muin)