Desamerdeka – Blora : Warga yang tinggal di sekitar Pabrik Gula (PG) Blora yang dikelola PT Gendhis Multi Manis (GMM), mengancam akan mendatangi pabrik tersebut. Warga merasa dirugikan oleh pabrik yang ada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan tersebut, karena terus menimbulkan pencemaran. Selain limbah cair yang diduga bocor ke sumber air milik warga, pencemaran udara berupa bau busuk juga menyebar ke perkampungan warga.
‘”Masih ditambah dengan limbah debu dari jalanan yang rusak. Debu beterbangan, saat kendaran-kendaraan berat pengangkut tebu lewat,” kata warga Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Supat, kemarin.
Menurut Supat, khusus untuk jalan yang rusak itu, warga sudah meminta PT GMM segera memperbaiki jalan tersebut. Namun, sampai sekarang permintaan itu tidak digubris. Bahkan, pencemaran yang terjadi juga terkesan tidak ditangani secara serius. Sikap pabrik yang terkesan cuci tangan dan tidak merasa bersalah itu, justru membuat warga semakin resah dan marah.
”Ini bukan ancaman, tapi wujud kekesalan dan kemarahan warga. Kalau tak segera ditangani, jangan salahkan kami kalau menggeruduk pabrik,” tegas Supat.
Dikonfirmasi terpisah, GM PT GMM Edy Winoto menyatakan, tidak ada limbah cair dari pabrik yang keluar. Sebab, di pabriknya tidak ada istilah limbah. Yang ada adalah air sisa pengolahan. Air itu dikelola dan diolah dengan sistem khusus, dan bisa digunakan lagi. Sehingga, tidak ada yang terbuang sia-sia, apalagi dibuang di luar pabrik.
”Kami sudah tunjukkan hal itu pada petani dan warga yang diundang datang ke pabrik. Saya tekankan, tidak ada limbah yang bocor dan merembes hingga mencemari sumber air warga,” jelasnya.
Edy menambahkan, pihaknya sudah melakukan pemeriksaan dan penelitian laboratorium terhadap air dari Gua Banyu dan sumber air di Waduk Bentolo. Hasilnya, tidak ada kandungan gula dalam air tersebut.
”Itu artinya, tidak ada cairan atau limbah pabrik yang masuk. Silakan datang ke pabrik untuk melihat prosesnya, nanti kami jelaskan semua,” terangnya.
Diketahui, warga di sekitar pabrik gula mengeluhkan aktivitas pabrik yang dinilai menimbulkan limbah. Diduga, limbah pabrik mencemari air dan lingkungan sekitar pabrik. Bukan hanya warga desa di Kecamatan Todanan saja yang mengeluh, warga sejumlah desa di Kecamatan Kunduran juga mengeluhkan hal yang sama. Salah satunya, soal bau busuk yang selalu menganggu warga sejak pabrik itu mulai giling. Bau busuk tersebut, bahkan sampai tercium dari jarak sekitar dua kilometer dari lokasi pabrik. (Aries-Murianews | rs-infoblora)
Sumber : infoblora.com