Jepara – Desa Bugel kecamatan Kedung mempunyai satu makam lama yang masih Lestari hingga sekarang. Selain di ziarahi setiap waktu oleh warga juga dibangun agar warga atau siapa saja yang berziarah nyaman berdo’a di tempat ini. Selain bangunan utama makam ada tempat parkir untuk kendaraan roda dua atau roda empat.
Lokasi atau letak makam Mbah Maulana Mangun Sejati ini berada di sebelah Barat Masjid desa Bugel kurang lebih 400 meter. Makam ini berada dalam satu komplek dengan pemakaman umum warga. Tempatnya agak tinggi dari jalan sehingga suasana nyaman dan sejuk jika berada di makam ini.
Makam ini terbuka 24 jam bagi siapa saja yang ingin masuk dan berdo’a . Di depan bangunan makam ada pendopo joglo dari kayu jati yang megah. Sehingga para peziarah yang dari jauh bisa beristirahat di tempat ini . Selain itu juga disediakan musholla lengkap dengan tempat wudlu dan toiletnya.
Seperti lazimnya makam cikal bakal atau tokoh sentral makam Mbah Mangun sejati ini ada dua nisan di kanan kiri atau Utara dan Selatan . Ada kijing dari batu yang bercat hitam berukir sederhana. Nisan makam ini tidak diberi kelambu sehingga peziarah bisa melihat secara langsung. Di dalam ruangan hanya ada satu makam saja.
Meski dalam kamar atau ruangan berpintu namun jika siang hari pintu makam berukir itu terbuka lebar. Peziarah bisa masuk langsung berdo’a di depan makam. Ruangannya cukup lebar sehingga bisa muat peziarah satu bis. Jika malam hari pintu tertutup peziarah tinggal membukanya karena tidak dikunci . Namun sebisanya jika malam di tutup kembali agar tidak ada binatang yang masuk ke ruangan makam
Legenda Ki Maulana Mangun Sejati
Dari cerita rakyat Maulana Mangun Sejati adalah salah seorang Waliullah yang berasal dari Arab. Beliau datang ke nusantara pada pertengahan abad ke-16. Begitu banyak halangan dan rintahan yang menghadang perjalanan beliau, namun Maulana Mangun Sejati tetap membulatkan tekat untuk melanjutkan perjalanannya hingga sampai di Desa Bugel.
Sesampainya di Desa Bugel, Maulana Mangun Sejati dihadang oleh kawanan perampok yang berjumlah sekitar 10 orang yang ingin merampas barang bawaannya. Menghadapi hal itu, Maulana Mangun Sejati bersikeras untuk tetap mempertahankan barang miliknya dan di pihak lain para kawanan perampok berusaha merampas barang bawaan Maulana Mangun Sejati.
Setelah bersitegang selama beberapa saat akhirnya perkelahian hebat pun tak dapat terhindarkan. Dengan bersenjatakan bongkahan kayu dan toya, kawanan perampok itu menyerang Maulana Mangun Sejati secara bersamaan , “Subhanallah” , atas seijin Allah bongkahan-bongkahan kayu dan toya tadi langsung patah menjadi kecil-kecil ketika mengenai atau menyentuh tubuh Maulana Mangun Sejati.
Bagaikan tersambar petir di siang bolong, kawanam perampok itu tercengang melihat kesaktian dari Maulana Mangun Sejati. Akhirnya kawanan perampok menyerah pada Maulana Mangun Sejati dan selanjutnya mereka menjadi murid Maulana Mangun Sejati.
Dari peristiwa diserangnya Maulana Mangun Sejati oleh kawanan perampok yang bersenjatakan bongkahan kayu dan toya tersebut,masyarakat desa Bugel meyakini bahwa latar belakang sejarah berdirinya Desa Bugel adalah seperti itu. Kata Bugel berasal dari bongkahan kayu yang patah-patah (tugel-tugel) secara rapi. ( Pak Muin )