Demak – Saat ini petani tambak khususnya di kecamatan Wedung belum memanfaatkan lahan tambak secara maksimal. Hasil terbesar dari lahan ini adalah garam krosok . Selain garam mereka memanfaatkan lahan itu untuk memelihara ikan dan udang secara tradisional.
Padahal jika dikembangkan lebih besar lagi , lahan tambak itu hasilnya akan luar biasa. Misalnya dengan mengembangkan budidaya udang Vanamie secara semi intensif hasilnya jauh akan lebih besar. Udang Vanamie dikenal sebagai udang yang tahan penyakit dan harga jualnya cukup lumayan.
“ kalau udang windu lakunya harus cukup umur. Namun udang vanamie ini umur satu bulan sudah laku dijual. Jika dihitung pengeluarannya panen satu bulan bisa kembali modal “, aku Muhammad Soleh (35) petani tambak asal desa Kedungmutih pada kabarseputarmuria.com.
Soleh yang menyewa lahan di desa Mutih Wetan mengatakan, selama memelihara udang Vanamie ia belum pernah rugi. Dengan teknik tunda panen ia bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Agar tidak rugi maka persiapan tambak harus matang diantaranya pematang harus tinggi dan tidak ada kebocoran lahan.
“ Cara pemeliharaannya tidak sulit , jika mulai butuh pakan kita harus menyediakan pakan. Pakannyapun mudah pakan ayam bisa digunakan untuk memberi makan udang vanami “, tambah Soleh.
Saat ini Soleh menggarap dua tempat. Masing-masing sudah di tebari bibit kurang lebih 200 ribu . Setiap hari ia datang untuk mengawasi dan juga memberi pakan. Selain itu ia juga mengawasi kondisi air dalam tambak. Jika kotor airpun diganti dengan yang baru.
“ Alhamdulillah dari memelihara udang Vanamie ini saya belum pernah rugi. Satu kali panen tergantung tebarnya keuntungan bisa mencapai Rp5-10 juta sekali panen. Satu tahun biasanya dua kali panen “, kata Soleh.
Puspito Dwi teknisi tambak dari BBAP Jepara membenarkan hal tersebut. Budidaya Udang Vanamie saat ini masih menjanjikan. Buktinya di Jepara saat ini kegiatan budidaya udang bergairah kembali. Dari modal kecil sampai bermodal besar.
“ Tambak di daerah Tanggul Tlare itu juga memelihara Udang Vanamie. Hasilnya bagus sehingga lahan sebelahnya kelihatannya juga menyusul dikembangkan lagi “, kata Puspito.
Namun untuk mengajak petani kembali berbudi daya memang tidak mudah. Mereka sudah merasakan hasil garam yang minim resiko. Untuk kembali berbudidaya selain membutuhkan modal juga butuh ketrampilan dan pemikiran ke depan.
“ Memang mereka masih trauma tempo dulu ketika memelihara udang Windu , tabungan mereka habis semua gara-gara gagal panen . Sehinga meski Udang vanamie menjanjikan mereka kelihatan berhati-hati”, tambahnya.
Untuk pembekalan petani tentang budidaya Udang Vanami ini. Fihak BBAP membuka selebar-lebarnya petani yang ingin belajar berbudida udang vanamie ini. Selain teknik pemeliharaan juga ada pengetahuan tentang pembuatan pakan dan juga penanganan pasca panen.
“ Saya pernah menggarap lahan tambak di daerah Wedung . Tanahnya cukup bagus dibuat tambak udang . Peresapan air sangat sedikit cocok untuk habitat udang “, kata Puspito .****(Muin)
Gambar : www,panturanews.com