Nurudin petambak garam asal Demak menggarap lahan garam di Jepara

Jepara – Jepara merupakan salah satu daerah penghasil garam . Meskipun jumlah petambak dan luas lahan kalah dengan daerah lain di Jawa Tengah. Namun Garam Jepara di kenal karena mudahnya transportasi angkutan hasil panen. Lahan garam di Jepara banyak yang dipinggir jalan besar mulai dari Kedungmalang hingga desa Semat.

Tahun 2023 ini petambak garam mengalami untung besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sehingga tanpa ada bantuan dari pemerintah mereka tak mengalami kerugian. Selain waktu panen panjang harga garam juga bagus mulai panen bulan Juni  hingga akhir panen bulan Nopember ini.

Nurudin salah satu petambak garam yang menggarap lahan di Bulak Baru mengatakan, dalam  tahun 2023 ini ia mendapatkan hasil yang luar biasa. Selain dijual dan mendapatkan uang Rp 50 jutaan ia masih mempunyai simpanan garam 500 keranjang. Sehingga hasil tahun ini hampir dua kali lipat dengan tahun 2022.

“ Selain hasilnya lebih banyak , harga garam juga bagus . Untuk awal panen laku Rp 250 ribu perkeranjang sampai hari ini akhir masa panen perkeranjang masih laku Rp 75 ribu. Jika tahun tahun sebeklumnya ketika panen raya harga pasti hancur “, kata Nurudin yang warga desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak. Sabtu 18/11/2023.

Meski ia warga Demak ia lebih senang menyewa lahan garam di daerah Jepara. Selain harga sewanya lebih murah juga transportasi lebih mudah. Lahan yang ia sewa tepat dipinggir jalan besar menuju ke kota Jepara dari arah Demak. Sehingga ketika menjual hasil panen harganya lebih tinggi karena transportasi lebih mudah.

“ Saya menggarap lahan di daerah Jepara sudah ada 8 tahun . Biasanya sewa minimal dua tahun . Di sini harga sewa lebih murah jika dibandingkan di daerah Demak. Letak dipinggir jalan besar sehingga dari rumah bisa naik motor “, tambah Nurudin.

Sebagai petambak garam Nurudin pernah mengalami masa sulit ketika harga garam rendah . Selain itu cuacanya banyak hujan sehingga masa panen hanya sebentar. Sehingga biaya operasional yang dikeluarkan tidak bisa tertutup oleh hasil panen dalam satu tahun.

“ Tetapi ya tidak terus terusan hanya beberapa kali saja. Untungnya lebih banyak sehingga meski saya tidak punya lahan garam setiap tahun bisa sewa lahan garam. Dari pekerjaan sebagai petambak garam saya bisa menghidupi keluarga dan hasilnya bisa untuk keperluan lainnya “, kata Nurudin lagi

Nurudin berharap pemerintah tak impor garam lagi seperti tahun tahun sebelumnya. Agar harga garam tetap bagus. Dengan harga garam yang bagus petambak bisa merasakan kesejahteraan sebagai petambak garam. Saat ini operasional pembuatan garam lebih banyak dengan teknologi geomembrane.

“ Dulu sebelum kita pakai geomembran biaya operasional tak begitu banyak. Namun setelah semua menggunakan plastic hitam ini biaya garam lahan jadi tinggi . Per gulung saat ini Rp 4 jutaan . Lahan yang saya garap ini butuh paling tidak 5 rol jadi untuk modal geomembran sudah Rp 20 jutaan belum alat yang lain “, tambahnya . (Pak Muin)