Jepara – Saat ini Jepara masih panen garam sehingga garam garam dari lahan setiap harinya diangkut untuk dipasarkan . Selain untuk kebutuhan local puau Jawa sendiri . Garam garam yang dihasilkan petambak garam juga dipasarkan hingga pulau Sumatera

Setiap harinya puluhan truk container mengangkut garam mulai dari lahan garam desa Kedungmalang kecamatan Kedung hingga desa Semat kecamatan Tahunan. Sehingga selain membutuhkan tenaga untuk produksi garam. Banyak tenaga kerja yang diserap untuk mengangkut garam dari lahan ke pinggir jalan .Dari pinggir jalan naik ke atas kendaraan.

Ahmad Falaq (40) salah satu pengepul garam yang biasanya mengirim garam ke berbagai daerah mengatakan, jika musim garam tenaga yang terserap di sektor angkutan garam ini mencapai ratusan orang. Untuk angkutan garam dari lahan ke pinggir jalan biasanya wanita  . Sedangkan dari pinggir jalan naik ke kendaraan angkut dilakukan tenaga angkut  pria .

“ Kalau musim panen begini ya ratusan tenaga kerja yang terserap. Untuk wanita biasanya mengangkut garam dari lahan ke gudang atau pinggir jalan. Sedangkan tenaga angkut pria mereka mengangkut garam dari pinggir jalan naik ke truk container seperti ini “, kata Ahmad Falaq Sabtu 18/11/2023.(

Ahmad Falaq menambahkan untuk upahnya berbeda , jika dari lahan ke jalan raya atau gudang paling jauh Rp 10 ribu perzaknya. Biasanya dijalankan ibu ibu rumah tangga dan bapak bapak dengan sistem kelompok. Selanjutnya dari pinggir jalan raya naik ke angkutan berupa truk besar upahnya satu paket Rp 2.000 setiap zaknya.

“ Satu truk container ini berisi 800 zak garam dengan berat sekitar 50 kg . Adapun upahnya perzak Rp 2.000 mulai dari timbang lalu jahit selanjutnya naik ke atas truk. Sehingga satu Truk ini saya keluarkan biaya Rp 1,6 juta . Biasanya mereka kerja kelompok mulai 10 -15 orang “, tambah Ahmad Falaq.

Masrukan (45) warga desa Ruwit kecamatan Wedung salah satu tenaga angkut garam di Jepara mengatakan, ia dan puluhan warga di desanya mencari rejeki sebagai buruh angkut garam di Jepara. Setiap pagi hari ia menjemput rejeki dengan system kelompok mengangkut garam dari pinggir jalan naik ke atas truk. Pekerjaan ini dijalani jika musim kemarau tiba.

Dari bekerja sebagai buruh angkut garam ini ia mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan keluarga. Jika kondisi sedang ramai sehari ia bisa membawa hasil Rp 300 ribu . Namun jika kondisi sedang sepi muat sehari ia tak lepas Rp 150 ribu . Sehingga pekerjaan sebagai tenaga angkut ini terus dijalani karena di desanya tak ada pekerjaan karena sawah belum mulai tanam.

“ Ya kalau kemarau ke sini cari kerja sebagai tenaga angkut garam di Jepara. Sedangkan jika musim penghujan biasanya kerja di sawah . Ya lumayan hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang di rumah “, kata Masrukan. ( Pak Muin )