Jepara – Petambak garam di Indonesia tahun ini ketiban rejeki salah satunya adalah yang tinggal di Jepara . Pasalnya harga garam yang cukup tinggi membuat mereka bergairah membuat garam . Salah satunya adalah Nor Mahmudi warga desa Kedungmalang kecamatan Kedung .

Dengan adanya teknologi geomembrane di meja kristalisasi garam ini membuat garam begitu mudah dan cepat. Jika menggunakan meja kristalisasi berupa tanah persiapan pembuatan garam butuh waktu hingga 6 bulan. Namun dengan teknologi baru ini petambak garam hanya butuh waktu 3 bulan saja.

“ Dengan adanya plastic hitam yang disebut geomembrane ini waktu tunggu panen garam sanga singkat . Hanya butuh waktu 3 bulan sejak persiapan awal  sehingga biaya yang dibutuhkan bisa dihemat. Jika sebulan biaya Rp 3 juta saja petambak hemat biaya sekutar 9 juta rupiah “, kata Nor pada kabarseputarmuria Kamis 1/6/2023

Selain menghemat biaya garam lahan penggunaan geomembrane ini juga menghasilkan kulitas garam yang lebih baik. Dulu ketika masih menggunakan meja kristalisasi dari tanah hasil garam meskipun putih namun masih bercampur dengan dengan tanah. Namun setelah penggunaan geomembrane ini garam benar benar putih bersih.

Dengan penggunaan teknologi geomembran ini memang ada pembengkakan di biaya operasional garam. Harga geomembrane pergulungnya Rp 2 juta – 5 juta tergantung tebal dan juga Panjang. Namun dengan harga garam yang bagus biaya pembelian garam itu bisa tertutup dengan garam yang dihasilkan . Dengan geomembrane ini hasil garam lipat dua dibandingkan dengan penggunaan meja kristalisasi berupa tanah.

“ Meski harga geomembrane tinggi jika harga garamnya juga tinggi petambak masih dapat untung banyak , Seperti tahun 2023 ini awal panen harga garam di lahan Rp 500 ribu perkwintal  sehingga petambak masih mampu membeli geomembrane “, tambah Nur yang mengarap lahan garam milik sendiri.

Pak Nor Mahmudi petambak garam Jepara

Harga garam dua tahun terakhir ini menurut Nur Mahmudi cukup bagus sehingga dirinya bisa berangkat umroh ke tanah suci dari hasil penjualan garam. Itu semuanya diantaranya penggunaan geomembrane di lahan garam . Jika di rawat dengan bagus geomembrane bisa tahan 4-5 kali pakai . Caranya setelah usai musim garam digulung kembali dan dimasukkan dalam gudang.

Namun jika harga garam dibawah standar penggunaan geomemran ini mengurani keuntungan petambak garam bahkan petambak bisa merugi. Di saat inilah peran pemerintah diharapkan yaitu menurunkan bantuan geoembran untuk meringankan beban petambak garam.

“ Kalau harga garam seperti ini petambak garam tak butuh bantuan pemerintah . Namun ketika harga garam jatuh maka bantuan pemerintah berupa membrane ini sangat dibutuhkan. Ya kalau harga garam 1 kwintalnya Rp 200 ribu petambak masih tersenyum Bahagia “, tambah Nor Mahmudi . (Muin)