Nur Achmad (65) sedang memanen garam di lahan tambaknya
Demak – Saat ini harga garam masih tinggi sehingga petambak garam di Demak tersenyum ceria .Hal itu terlihat dari rajinnya mereka berangkat ke lahan garam. Sehingga saat ini lahan garam menjadi ramai dengan berbagai masam aktifitas petambak garam.
Yang mulai lebih awal dan pandai mengatur jalannya air saat ini mereka sudah meraskan panen perdana . Ada lagi yang saat ini memasang geomembran yaitu plastik tebal hitam . Dan sebagian lagi masih meratakan tanah untuk dipasang geomembran.
Petambak garam yang sudah merasakan manisnya garam karena sudah panen adalah Nur Achmad warga RT 06 RW 01 desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak . Ia menggarap lahan garam di desa Kedungmalang kecamatan Kedung kabupaten Jepara. Ia sudah panen garam dua kali dan garamnya langsung habis dibeli pengepul.
“ Karena stok garam di gudang petani saat ini masih kosong maka garam yang habis di panen langsung di datangi pembeli. Selain cepat lakunya harganyapun bagus satu keranjang dengan berat 80 Kg dibeli pengepul Rp 400 ribu disini. Mereka ambil sendiri diangkut dengan sepeda motor “, kata Nur Achmad pada kabarseputarmuria Kamis 1/6/2023.
Namun ada yang disayangkan dengan kebutuhan garam yang mendesak tersebut akhirnya kualitas garam turun . Normalnya waktu panen garam seharusnya 4-5 hari dengan kualitas yang bagus. Tetapi karena para pengepul datang ke lahan membutuhkan garam maka waktu panen garam jadi pendek yaitu 2-3 hari. Sehingga jika sudah muncul kristal garam langsung di panen.
“ Kalau waktu panen garam 4-5 hari satu kali panen bisa menghasilkan garam 10-12 keranjang . Namun karena waktunya dipercepat maka hasilnya ya separuhnya dan kualitas garam tidak bisa kering. Untuk putihnya tetap putih bersih “, imbuh Nur Achmad.
Selama puluhah tahun menjadi petambak garam memang ada pahit dan manisnya. Namun baginya banyak manisnya dari pahitnya. Terbukti tahun 2017 yang lalu ia mempunyai banyak tanggungan hutang dari memelihara udang windu tahun sebelumnya. Berkat harga garam yang mencapai Rp 350 ribu perkwintalnya hutang atau tanggungan semua lunas, Bahkan ia bisa membelikan rumah anaknya.
Namun demikian sebagai petambak garam harus terus belajar agar garam yang dihasilkan kualitas bagus dan juga kuantitasnya terus meningkat. Dengan teknologi geomembran ini semua bisa dilakukan.Selain waktu tunggu panen yang lebih pendek juga hasil garam kualitasnya bagus . Dengan kualitas bagus hargapun akan tinggi.
“ Kalau saya membuat garam tidak sekedar membuat garam namun harus mengikuti aturan . Misalnya lahan di tata agar tata kelola air mudah di masukkan dan di keluarkan. Selain itu air yang dimasukkan juga di ukur minimal 17 be . Waktu panen garam juga mempengaruhi kualitas garam “, kata Nur Achmad lagi.
Soal membuat garam Nur Achmad ini diakui paling jago oleh teman temannya di kelompok petambak garam. Sehingga lahan garam yang dibuat bisa dibuat percontohan karena rapi dan bersih. Sehingga jika panen ia yang duluan . Selain itu garam yang dihasilkan juga kualitasnya bagus dibandingkan yang lain.(Muin)