Demak – Bagi Pak Ahmadi warga desa Tedunan kecamatan Wedung ” Brayo” atau buah Api Api yang hidup dipesisirmerupakan rejeki bagi keluarganya. Dari usaha jual beli Brayo ini ia bisa menghidupi keluarganya. Sudah 8 tahun ia bersama istrinya mengolah buah yang rasanya pahit ini menjadi hidangan yang di suka banyak orang.

Buah pohon api api mentah ia beli dari pengepul tetangga desa yaitu Kedungkarang kemudian ia rebus menjadi camilan yang enak rasanya. Brayo matang ini rasanya memang ada pahitnya namun tidak kentara karena sydah du rendam dengan air tawar sehari semalam. Setelah di rebus kurang kebih dua jam kemudian di rendam air untuk menghilangkan rasa pahitnya.
” Kalau tidak tahu cara mengolahnya brayo ini terasa pahit setelah di rebus.Untuk menghilangkan rasa pahitnya harus di rendan sehari semalam dan airnya diganti beberapa kali “,kata pak Ahmadi pada kabarseputarmuria Jum’at (9/12)

Jika sedang musim pohon Api Api berbuah seharinya pak Ahmadi bisa merebus 4 kendil besar brayo.Ia mulai memasak sekitar jam 5 pagi hingga jam 10 siang. Sedangkan istrinya bagian pemasaran dari rumah sekitar jam 6 pagi menuju ke pasar Pecangaan dan pulangnya sekitar pukul 1 siang. Oleh karena itu di rumahnya selalu tersedia Brayo masih mentah dan juga Brayo siap untuk di makan.

” Jika ada yang beli lansung ke rumah ya siap semuanya ada yang mentah ada yang matang . Untuk yang sudah matang biasanya bebas membelinya minimal 2 ribu ,5 ribu atau 10 ribu “,tambah pak Ahmadi

Agar tambah nikmat brayo ini disajikan dalam bentuk asin atau manis dengan cara dicampur dengan kelapa. Untuk yang ingin rasa asin bisa ditamvah garam .Sedangkan yang ingin manis bisa ditambah gula dikit.

Adapun untuk brayo mentah ia membeli dari pengepul dengan ukuran wakul atau dunak. Satu Dunak besar kalau pasokan dikit bisa sampai 100 ribu rupiah.Jika pas mudah dicari perdunaknya Rp 70 ribu. Bagi yang butuh brayo ini pak Ahmadi mempersilahkan pembeli datang ke rumahnya di Dukuh Nambangan Desa Tedunan Kecamatan Wedung kabupaten Demak.(Muin)